New York (ANTARA) - Dolar menguat bersama dengan mata uang safe haven lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena data ekonomi AS yang optimis dan jatuhnya pasar saham membantu membalikkan beberapa kerugian dari awal pekan ini ketika pernyataan dovish Federal Reserve (Fed) menghentikan reli greenback selama sebulan.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,33 persen menjadi 92,1701. Indeks masih turun 0,77 persen untuk minggu ini, merupakan laju kinerja mingguan terburuk sejak minggu pertama Mei.

Keuntungan pada Jumat (30/7/2021) untuk mata uang AS terjadi karena saham jatuh menyusul laporan laba suram oleh Amazon, meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran cepat varian Delta COVID-19, dan setelah tindakan keras peraturan oleh China pada sektor teknologi dan pendidikannya.

“Kami berada di akhir bulan dan Agustus cenderung menjadi bulan paling kejam bagi pasar keuangan secara musiman, dalam basis 10 tahun, ini adalah bulan terlemah,” kata Direktur Pelaksana BK Asset Management, Kathy Lien.

Baca juga: Harga emas anjlok 18,6 dolar, dipicu aksi ambil untung

"Jadi dengan varian Delta serta ketidakpastian di sekitar China, investor menjadi gelisah dan saya pikir mereka khawatir tentang koreksi yang lebih bertahan lama di saham dan Anda mulai melihat dolar menangkap tawaran safe haven," dia mengatakan.

Yen Jepang dan krona Norwegia, yang juga dilihat sebagai mata uang safe haven, masing-masing naik 0,26 persen dan 1,27 persen.

Dolar juga mendapat dukungan setelah Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan The Fed harus mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan 120 miliar dolar AS dalam musim gugur ini dan memotongnya "cukup cepat" sehingga program berakhir pada bulan-bulan pertama 2022 buat membuka cara bagi kenaikan suku bunga tahun itu jika diperlukan.

Greenback merosot awal pekan ini setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga masih "jauh" dan pasar kerja masih memiliki "beberapa alasan untuk dibahas."

"Sementara dolar mengalami kemunduran penting minggu ini, seberapa signifikan hal itu dapat dibuktikan oleh data penggajian (payrolls) non-pertanian minggu depan," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

Data ekonomi pada Jumat (30/7/2021) positif terhadap dolar, menunjukkan kenaikan belanja konsumen AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada Juni karena vaksinasi COVID-19 mendorong permintaan untuk jasa-jasa dan rekreasi terkait perjalanan, meskipun sebagian dari kenaikan tersebut mencerminkan harga yang lebih tinggi, dengan inflasi tahunan yang semakin cepat di atas target Fed 2,0 persen.

Baca juga: Harga minyak kembali naik, permintaan tumbuh lebih cepat dari pasokan

Euro melemah 0,26 persen terhadap greenback tetapi mendekati level tertinggi satu bulan setelah data menunjukkan ekonomi zona euro tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal kedua, menarik diri dari resesi terkait pandemi, sementara inflasi melesat melewati target Bank Sentral Eropa 2,0 persen pada Juli.

Sementara itu, yuan China telah memulihkan semua kerugiannya dari penurunan Selasa (27/7/2021) hingga diperdagangkan pada 6,4660 per dolar.

Sentimen terbantu oleh upaya China untuk menenangkan kegelisahan investor, dengan memberi tahu pialang asing untuk tidak “melebih-lebihkan” tindakan regulasi terbarunya.

Dolar Australia dan Selandia Baru, yang dipandang sebagai aset berisiko, turun hari ini tetapi tetap mendekati level tertinggi dua minggu.

Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat, dibayangi masih tingginya kasus baru COVID

Sterling beringsut 0,5 persen lebih rendah terhadap dolar menjelang pertemuan bank sentral Inggris, Bank of England, minggu depan.

Bitcoin turun 3,0 persen, tergelincir jauh di bawah 40.000 dolar AS, sebuah level yang belum disentuh mata uang kripto sejak pertengahan Juni.