Depok (ANTARA) - Peraih Nobel Bidang Fisika pada tahun 2018 Prof Gérard A. Mourou, hadir secara virtual memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) Tahun Akademik 2021/2022.

"Prof Mourou memberikan pengantar dengan menjelaskan ketakjubannya terhadap cahaya. Cahaya dari sebuah bola lampu terpancar keluar tidak koheren atau tidak berhubungan," kata Kepala Biro Humas dan KIP UI Amelita Lusia dalam keterangan di Kampus UI Kota Depok, Jawa Barat, Jumat.

Sedangkan pada laser, sebuah alat yang memancarkan foton cahaya yang koheren, menurut Mourou, menunjukkan suatu sumber cahaya yang memancar dalam satu arah dan terbuat dari foton unik.

Foton merupakan partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X.

Kemudian, kata dia, laser dapat memancarkan semburan cahaya yang sangat singkat. Kemudian, ia menganalogikan cahaya lampu seperti pelari maraton yang menuju satu tujuan, namun mereka tidak saling mengenal satu sama lain, sedangkan cahaya yang koheren seperti tentara yang berbaris, di mana mereka berjalan pada fase yang sama.

Semakin rapat barisnya, semakin koheren, dan semakin kecil luas permukaan yang terpapar, berpotensi untuk menghasil tekanan permukaan yang sangat besar, yang ia sebut sebagai cahaya ekstrem (extreme light).

Selanjutnya, Mourou membahas sebuah metode yang dapat menghasilkan denyut laser ultra pendek berintensitas tinggi yang disebut sebagai chirped pulse amplification (CPA). CPA merupakan hasil temuan dari penelitian yang dilakukannya bersama Prof Donna Strickland.

Temuan tersebut, menurut Donna Strickland, bermula dari pertanyaan apakah ia dan Mourou bisa meningkatkan intensitas laser dengan skala yang lebih besar atau dengan faktor ribuan kali.

Saat itu, kata dia, Mourou adalah pembimbing studi doktoralnya di University of Rochester. Lalu, pembimbingnya itu menyarankan untuk meregangkan pulsa cahaya ultra-pendek dengan energi rendah, memperbesar intensitasnya lalu memampatkannya.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk merevolusi bidang fisika laser intensitas tinggi, salah satu bidang di sains dasar, yaitu melihat bagaimana laser dengan intensitas tinggi mengubah materi, dan bagaimana materi mempengaruhi cahaya pada saat interaksi keduanya.

Sementara itu Mourou menjelaskan bahwa saat ini penggunaan CPA telah diterapkan pada pengobatan kanker, operasi mata laser, dan mesin yang tepat untuk kaca penutup pada smartphone. Pada operasi laser transplantasi kornea, instrumen mekanis seperti trephines membuat transplantasi ketebalan penuh yang membutuhkan penjahitan ekstensif serta waktu penyembuhan yang lama.

Sedangkan, laser femtosecond dapat membuat bentuk kompleks, memungkinkan penguncian sendiri, dan transplantasi ketebalan parsial.

Amelita Lusia menambahkan kuliah umum tersebut dipandu oleh Kepala Center for Independent Learning (CIL) UI, Fransiskus Astha Ekadiyanto.

Turut hadir perwakilan beberapa instansi pemerintah seperti Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) L.T. Handoko, staf dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) .

Kuliah umum tersebut dihadiri oleh Rektor UI beserta para wakil rektor dan Sekretaris Universitas, Ketua Majelis Wali Amanat UI, para Dekan/Direktur dari 17 Fakultas/Sekolah Pascasarjana/Program Pendidikan Vokasi, dosen, pemimpin dan peneliti lembaga penelitian di Indonesia, dan lebih kurang 8.000 mahasiswa baru UI.

Baca juga: UI lakukan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru secara online

Baca juga: UI sambut kegiatan mahasiswa baru

Baca juga: UI tetap berlakukan pembelajaran jarak jauh tahun ajaran baru

Baca juga: UI terima 4.229 mahasiswa baru melalui SIMAK