Jember (ANTARA News) - Artis Trie Utami mengungkap keindahan dan misteri Keraton Ratu Boko dalam buku berjudul "Abhayagiri Keraton Ratu Boko" di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat sore.

Bedah buku milik Trie Utami tersebut merupakan rangkaian acara Bulan Bahasa dan Sastra yang digelar Fakultas Sastra Universitas Jember pada bulan Oktober 2010.

"Saya hanya ingin menceritakan sebuah sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat awam bahwa terdapat sebuah situs purbakala yang indah di sebelah selatan Candi Prambanan," kata Trie Utami memulai diskusi dan bedah buku tersebut.

Menurut dia, penulisan buku "Abhayagiri Keraton Ratu Boko" berawal dari ketidaksengajaan melakukan pemotretan di situs purbakala tersebut dan mengumpulkan sejumlah naskah sejarah yang sudah tercecer.

"Saya menulis buku itu selama dua hari dan langsung jadi, bahkan saya tidak menduga bahwa tulisan itu akan menjadi sebuah buku `based on` sejarah yang cukup menarik," ucap penyanyi yang akrab disapa Iie itu.

Keinginan Iie untuk menulis sebuah buku fotografi yang dikemas secara unik dan eksotis tersebut mengajak masyarakat untuk melihat pesona situs Ratu Boko yang terletak di selatan Prambanan.

"Saya sebagai perempuan yang lahir di tanah Jawa ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang suatu budaya dan sejarah yang tidak kita dapatkan dalam pelajaran sejarah di sekolah," tutur penyanyi Sekitar Kita itu.

Ia menjelaskan, Abhayagiri menyimpan kisah luhur yang seharusnya diceritakan kembali kepada generasi muda karena di dalamnya tersembunyi sebuah kisah mulia tentang Rakai Panangkaran yg mengajarkan "Boddhicitta", ajaran yg dibawa Atisha sampai ke Tibet, hingga kini masih diajarkan oleh Dalai Lama kepada para bhiksu.

"Ajaran asli Abhayagiri tentang keluhuran budi pekerti dan pemahaman Ketuhanan yang diyakini akan bersinar kembali suatu saat nanti," jelasnya.

Selama ini, lanjut dia, warga negara asing (WNA) yang menceritakan sejarah Indonesia kepada bangsa Indonesia dan hal tersebut sangat memprihatinkan.

"Sejarah Indonesia tidak sesederhana yang ada di buku sejarah dalam kurikulum pelajaran di sekolah, namun banyak makna kehidupan yang terkandung dalam sejarah itu," paparnya.

Dalam buku tersebut tersirat beberapa pesan antara lain bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang dijajah. Leluhur Indonesia adalah orang hebat yang memiliki budi pekerti luhur, dan kebudayaan yang ada merupakan perjalanan bangsa mencari sebuah identitas sendiri.

Sementara itu dosen Fakultas Sastra Christanto P. Rahardjo menilai, buku "Abhayagiri Keraton Ratu Boko" yang ditulis Trie Utami membawa pembaca kepada kesejukan dan keindahan Keraton Ratu Boko yang mencekam dan memiliki nilai sejarah tinggi.

"Keraton Ratu Boko memang menyimpan beribu misteri dan penyajian prosa dan fotografi dalam buku itu cukup eksotis sehingga membawa pembaca seakan-akan berada di situs purbakala yang ditemukan pertama kali oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf pada abad ke-17," paparnya.(*)

(ANT-070/I007/R009)