Jakarta (ANTARA) - Emiten pertambangan PT PAM Mineral Tbk membidik laba bersih Rp105 miliar sepanjang 2021 seiring pendapatan perseroan yang diprediksi meningkat pada tahun ini.

"Pada tahun ini, perseroan menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp103 miliar, meningkat sebesar 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp28,45 miliar," kata Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1.800.000 metrik ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04 persen dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metrik ton.

Berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020, emiten berkode saham NICL itu diprediksi berhasil membukukan penjualan senilai Rp195,44 miliar dan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp28,45 miliar .

Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja perseroan pada 2019, yang mana saat itu perseroan masih mencatatkan kerugian komprehensif sebesar Rp14,07 miliar.

Perseroan mencatatkan laba usaha sebesar Rp33,57 miliar hingga Desember 2020 dibandingkan rugi usaha sebesar Rp16,5 miliar pada bulan Desember 2019.

Kenaikan laba usaha tersebut disebabkan kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan yang cukup signifikan.

PAM Mineral merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel, yang memiliki anak usaha bernama PT Indrabakti Mustika (IBM). Bijih nikel perseroan maupun anak perusahaan, IBM memiliki kadar Ni antara 1,4 persen-1,8 persen.

IBM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 576 hektare (ha).

Sedangkan perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Desa Buleleng, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 198 ha.

Area potensi nikel dari IUP perseroan seluas 198 ha sudah seluruhnya dieksplorasi, dimana seluas 47 ha sudah dilakukan tertambang. Sedangkan sisanya belum dilakukan penambangan.

Sementara itu, area potensi nikel dari IUP IBM adalah seluas 450 ha, dimana area yang sudah tertambang dan terganggu (area IUP yang sudah dibuka atau land clearing, namun belum dilakukan penambangan) seluas 15 ha, dengan rincian, area tertambang utara seluas 10 ha dan selatan seluas 5 ha. Area yang belum ditambang dari IUP IBM seluas 435 ha.

Ruddy optimistis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat.

Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).

Pabrik baterai tersebut ditargetkan untuk mulai beroperasi pada 2023. Karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam cobalt sebagai bahan baku baterai. Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.

Ruddy menambahkan, dengan eksplorasi yang terus menerus dilakukan, pihaknya berkeyakinan bahwa ke depan perseroan dan anak perusahaan dapat memiliki sumberdaya 28 juta ton lebih bijih nikel.

"Dari 28 juta bijih nikel tersebut, tidak semua memiliki kadar tinggi namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah. Selain bijih nikel kadar tinggi, perseroan saat ini juga telah melakukan penjualan bijih nikel kadar rendah ke smelter yang ada," ujar Ruddy.

Untuk rencana jangka pendek, perseroan akan memenuhi target sebanyak 1.800.000 MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru. Dengan demikian, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi ke depannya.

Baca juga: Perusahaan tambang emas Archi bidik dana IPO Rp3,974 triliun
Baca juga: PLN suplai kebutuhan listrik 61 smelter di Sulawesi
Baca juga: Pengamat soroti potensi dominasi perusahaan tambang terhadap SDA