Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Harian Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono mengatakan infrastruktur riset terbuka akan mendorong peningkatan kolaborasi dan kemitraan antarberbagai pemangku kepentingan.

"Salah satu manfaat lain dari infrastruktur riset yang terbuka ini adalah optimasi sumber daya, kemudian mendorong kolaborasi dan kemitraan," kata Agus dalam gelar wicara "Infrastruktur Riset Terbuka, untuk Siapa?" di Jakarta, Kamis.

Dengan berkumpulnya para sumber daya manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam infrastruktur riset yang dikelola, maka interaksi akan semakin banyak sehingga kolaborasi dan kemitraan antara peneliti dengan mitra industri, startup dan masyarakat luas bisa semakin terjadi.

Baca juga: LIPI hasilkan teknologi ekstraksi titanium untuk kemandirian industri

"SDM Iptek berhak memperoleh kemudahan dalam memanfaatkan dan menggunakan sarana prasarana Iptek," tutur Agus.

Agus menuturkan infrastruktur riset harus terbuka agar bisa diakses semua SDM Iptek di Indonesia sehingga mereka memiliki kemudahan dalam memanfaatkan infrastruktur riset.

"Dengan demikian nanti interaksi antar peneliti jadi lebih banyak kinerjanya, juga diharapkan jadi lebih meningkat, kompetensi dan kompetisi antara peneliti juga semakin terjadi budayanya sehingga tuntutan eksternal itu bisa kita hadapi, bisa kita jawab dengan infrastruktur riset yang kita miliki," ujar Agus.

Di dalam manajemen riset, selain membuka infrastruktur riset bagi semua, LIPI juga melakukan reformasi birokrasi terhadap SDM, organisasi, program, anggaran, dan semua itu diramu dalam pembenahan regulasi dalam proses bisnis internal.

Infrastruktur riset di LIPI sebelumnya dikelola oleh masing-masing unit kerja, masing-masing pusat penelitian bahkan kadang-kadang dikelola oleh kelompok-kelompok peneliti tertentu. Namun, beberapa tahun terakhir proses bisnis telah berubah sehingga semua infrastruktur riset dikelola di level lembaga atau terpusat.

Dengan pengelolaan infrastruktur riset terpusat, maka semua pemangku kepentingan mendapat akses yang setara untuk bisa menggunakan infrastruktur riset secara terbuka.

"Infrastruktur riset ini nantinya tidak hanya terbuka untuk swasta industri tapi juga untuk dosen, mahasiswa pascasarjana atau startup, tenant," tutur Agus.

Baca juga: LIPI kembangkan ventilator Sivenesia bantu penanganan COVID-19

Kepala Pusat Pemanfaatan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) LIPI Yan Riyanto mengatakan penggunaan infrastruktur riset terbuka diharapkan mampu mengurangi fragmentasi ekosistem riset dan inovasi, dan adanya kesempatan joint forces dalam pengelolaan infrastruktur yang kompleks dan mahal.

Pemanfaatan infrastruktur riset yang terbuka juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan duplikasi penelitian, serta membuat koordinasi yang lebih baik antara penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan.

"Dalam upaya mewujudkan ketersediaan infrastruktur LIPI akan mengoptimalkan pola pendanaan dari pemerintah dan non pemerintah. Saat ini, melalui Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI seluruh infrastruktur laboratorium di LIPI dikelola secara terpadu," ujar Yan.

Baca juga: LIPI buat alat sterilisasi virus COVID-19 portabel bagi masker kain