Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa digitalisasi termasuk adopsi ekonomi digital dapat mempercepat pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.

"Indonesia memiliki perkembangan digital yang cukup baik. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo berharap transformasi digital termasuk ekonomi digital mampu mengakselerasi keuangan yang lebih inklusif dan pemulihan ekonomi nasional (PEN)," kata Dubes Djauhari dalam forum diskusi daring bersama Huawei, Kamis.

"Transformasi digital ini bukan hanya berlaku untuk bisnis, namun juga di level pemerintahan untuk menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance)," imbuhnya.

Dubes Djauhari menambahkan, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang menjanjikan. Ia menyampaikan pula bahwa Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan potensi ekonomi digital Indonesia luar biasa besar. Menurut Presiden Jokowi, nilai ekonomi digital Indonesia bisa menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2030.

"Transaksi e-commerce, digital, di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 44 miliar dolar AS. (Jumlah transaksi digital ini) setara 44 persen dari transaksi digital di Asia Tenggara. Penetrasi internet juga sudah menjangkau 74 persen dan 198 juta pengguna," kata dia.

"Dengan potensi ini, Indonesia bisa berkolaborasi dengan negara lain termasuk China, yang juga merupakan salah satu pemain besar (di dunia teknologi). Indonesia sudah ikut serta (engaged) dengan sejumlah perusahaan China termasuk Huawei, Tecent, Alibaba, JD, dan lainnya," tambahnya.

Lebih lanjut, Dubes Djauhari mengatakan, digitalisasi merupakan hal yang tidak terelakkan untuk diadaptasi, terutama di masa pandemi, di mana kehadiran teknologi digital dinilai sangat membantu keseharian.

"Pandemi global telah mengakselerasi secara signifikan adopsi transformasi teknologi digital, termasuk perubahan bisnis, dan semuanya bertransformasi ke bentuk virtual dan digital. Pun dengan kehidupan kita, digitalisasi membentuk gaya hidup bahkan ekonomi kita," kata dia.

"Ekonomi digital kini terakselerasi lebih cepat saat pandemi di kehidupan, ekonomi, dan keterlibatan sosial menjadi bentuk virtual dan digital. E-dagang, logistik, menjadi peluang bisnis untuk startup maupun pemain mapan, bersamaan dengan pembayaran digital yang tersebar secara online/offline di banyak wilayah di seluruh dunia, termasuk region kita (Asia Tenggara)," ujar dia menambahkan.

Baca juga: Bank Dunia sebut tren belanja daring belum akan geser "offline"

Baca juga: HappyFresh raih pendanaan 65 juta dolar AS

Baca juga: BI: Transaksi e-commerce naik 63,4 persen pada semester I-2021