Jakarta (ANTARA) - Beberapa teknologi untuk mengolah dan mendaur ulang limbah medis COVID-19 berhasil diciptakan para peneliti Indonesia di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Kondisi saat ini, penambahan jumlah dan volume limbah, khususnya limbah medis semakin meningkat, tetapi kapasitas dari pengolahan masih belum masih memenuhi peningkatan tersebut," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko Handoko dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Beberapa teknologi pengolah limbah ramah lingkungan yang sudah terbukti untuk mengatasi limbah berbahan bahaya dan beracun (B3), khususnya limbah medis berskala kecil dan mobile, yaitu teknologi pengolahan limbah cair dengan Plasma Nano-Bubble, limbah padat dengan Plasma, dan pengolahan limbah plastik medis menggunakan teknologi Pelletizing dan Rekristalisasi.

Baca juga: KLHK: Pemerintah daerah bisa gunakan BTT untuk tangani limbah medis

Sementara untuk pengolahan limbah jarum suntik, menggunakan mesin daur ulang APJS GLP Destromed 01 Needle Destroyer yang sudah memiliki paten dan izin edar.

"Ada beberapa teknologi yang sudah proven yang dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan. Khususnya, teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile," ujar Kepala BRIN.

Menurut Handoko, teknologi tersebut cocok untuk menjangkau daerah-daerah yang penduduknya relatif sedikit dengan skala limbah tidak banyak dibandingkan dengan membangun insinerator yang besar dengan harga mahal dan terkendala dengan pengumpulan limbah yang terpusat.

"Kalau kita harus membangun insinerator besar akan jauh lebih mahal, juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang terpusat juga menimbulkan biaya tersendiri," tuturnya.

Selain mampu meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis, teknologi daur ulang limbah medis karya anak bangsa itu juga berpotensi memunculkan nilai tambah dan ekonomi baru dalam rangka meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan, karena ada insentif finansial dari sisi bisnis yang dapat mengurangi biaya pengolahan limbah.

Alat penghancur jarum suntik, APJS GLP Destromed 01 Needle Destroyer, bisa menghasilkan residu berupa stainless steel murni.

Baca juga: Cegah penyebaran wabah Covid melalui limbah medis, rumah sakit gandeng PPLI

Baca juga: KLHK masih kaji usulan daur ulang masker sekali pakai


Sementara teknologi daur ulang untuk alat pelindung diri (APD) dan masker yang bahannya adalah polypropylene bisa menghasilkan propylene murni (PP). Jenis plastik propylene murni mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Kepala BRIN menuturkan baru 4,1 persen rumah sakit yang memiliki fasilitas insinerator berizin dan baru ada 20 pelaku usaha pengolahan limbah di Indonesia dan hampir semuanya terpusat di Pulau Jawa dan distribusinya juga tidak merata.

Handoko berharap inovasi teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pengolahan limbah medis dan memberikan motivasi untuk mengumpulkan dan mengolah limbah, meningkatkan kepatuhan, dan menciptakan potensi bisnis baru bagi para pelaku usaha skala kecil.