BI: Pondok pesantren dan UMKM sumber kekuatan ekonomi KTI
28 Juli 2021 21:40 WIB
Tangkapan layar Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB Heru Saptaji, dalam pembukaan Fesyar KTI 2021 yang digelar secara virtual di Mataram, Rabu (28/7/2021). ANTARA/HO-BI NTB/pri.
Mataram (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji menyatakan pondok pesantren bersama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah salah satu sumber kekuatan ekonomi regional, khususnya di kawasan timur Indonesia (KTI).
Dalam pembukaan Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) KTI 2021 yang digelar secara virtual di Mataram, NTB, Rabu, Heru menyebutkan berdasarkan data Kementerian Agama, jumlah pondok pesantren yang tersebar di 18 provinsi KTI, mencapai 2.198 lembaga dan khusus NTB terdapat 684 pondok pesantren.
"Hal itu menunjukkan potensi yang sangat besar apabila dapat mengoptimalkan usaha syariah pesantren sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat," katanya.
Di NTB, lanjut dia, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti pelatihan dan web seminar.
Selain itu, pemberdayaan kemandirian ekonomi pesantren melalui pembentukan holding bisnis pesantren (hebitren) dan peningkatan kapasitas produksi pesantren dengan pertanian organik.
Di samping itu, Bank Indonesia juga mendorong pengembangan UMKM syariah di antaranya melalui pendampingan anggota IKRA Indonesia, fasilitasi sertifikasi halal dan pemberdayaan wirausaha syariah berbasis masjid.
"Kami juga melakukan pengembangan fesyen halal melalui kegiatan Moslem Fashion Industry serta berbagai program scale up lainnya," kata Heru.
Ia juga berharap pelaksanaan Fesyar KTI 2021 dapat menjadi momentum untuk mewujudkan peningkatan usaha syariah sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih luas baik bagi masyarakat, bangsa, dan negara, serta dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Mengusung tema "Bersinergi Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk Memperkuat Momentum Pemulihan Ekonomi Melalui Keunggulan Sumber Daya Regional", Fesyar KTI diselenggarakan secara virtual mulai 27 Juli hingga 3 Agustus 2021.
Sebagai salah satu rangkaian kegiatan, Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB menyelenggarakan web seminar pemberdayaan usaha syariah (pesantren dan nonpesantren).
Kegiatan webinar tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya business linkage antara pesantren dan UMKM, serta mendorong pengembangan dan akselerasi ekonomi syariah, khususnya di KTI.
Selain itu, dalam webinar tersebut juga menghadirkan tiga pondok pesantren unggulan regional se-KTI yang merupakan finalis lomba Ponpes Unggulan Fesyar Kawasan Timur Indonesia 2021 sebagai narasumber.
Dalam acara tersebut, diumumkan bahwa Pondok Pesantren Yatofa di Kabupaten Lombok Tengah meraih juara dua sebagai pondok pesantren unggulan mewakili NTB.
Baca juga: BI NTB perkuat klaster vanili organik di kaki Gunung Rinjani
Baca juga: BI NTB gelar pelatihan wirausaha di tengah COVID-19
Baca juga: BI NTB: Transaksi nontunai selama pandemi COVID-19 meningkat
Dalam pembukaan Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) KTI 2021 yang digelar secara virtual di Mataram, NTB, Rabu, Heru menyebutkan berdasarkan data Kementerian Agama, jumlah pondok pesantren yang tersebar di 18 provinsi KTI, mencapai 2.198 lembaga dan khusus NTB terdapat 684 pondok pesantren.
"Hal itu menunjukkan potensi yang sangat besar apabila dapat mengoptimalkan usaha syariah pesantren sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat," katanya.
Di NTB, lanjut dia, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti pelatihan dan web seminar.
Selain itu, pemberdayaan kemandirian ekonomi pesantren melalui pembentukan holding bisnis pesantren (hebitren) dan peningkatan kapasitas produksi pesantren dengan pertanian organik.
Di samping itu, Bank Indonesia juga mendorong pengembangan UMKM syariah di antaranya melalui pendampingan anggota IKRA Indonesia, fasilitasi sertifikasi halal dan pemberdayaan wirausaha syariah berbasis masjid.
"Kami juga melakukan pengembangan fesyen halal melalui kegiatan Moslem Fashion Industry serta berbagai program scale up lainnya," kata Heru.
Ia juga berharap pelaksanaan Fesyar KTI 2021 dapat menjadi momentum untuk mewujudkan peningkatan usaha syariah sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih luas baik bagi masyarakat, bangsa, dan negara, serta dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Mengusung tema "Bersinergi Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk Memperkuat Momentum Pemulihan Ekonomi Melalui Keunggulan Sumber Daya Regional", Fesyar KTI diselenggarakan secara virtual mulai 27 Juli hingga 3 Agustus 2021.
Sebagai salah satu rangkaian kegiatan, Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB menyelenggarakan web seminar pemberdayaan usaha syariah (pesantren dan nonpesantren).
Kegiatan webinar tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya business linkage antara pesantren dan UMKM, serta mendorong pengembangan dan akselerasi ekonomi syariah, khususnya di KTI.
Selain itu, dalam webinar tersebut juga menghadirkan tiga pondok pesantren unggulan regional se-KTI yang merupakan finalis lomba Ponpes Unggulan Fesyar Kawasan Timur Indonesia 2021 sebagai narasumber.
Dalam acara tersebut, diumumkan bahwa Pondok Pesantren Yatofa di Kabupaten Lombok Tengah meraih juara dua sebagai pondok pesantren unggulan mewakili NTB.
Baca juga: BI NTB perkuat klaster vanili organik di kaki Gunung Rinjani
Baca juga: BI NTB gelar pelatihan wirausaha di tengah COVID-19
Baca juga: BI NTB: Transaksi nontunai selama pandemi COVID-19 meningkat
Pewarta: Awaludin
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: