Jakarta (ANTARA) - Suasana di arena Olimpiade Tokyo menjadi mencekam ketika jeritan, teriakan dan tangisan kegembiraan dari para atlet memantul dari kursi kosong, saat penonton dilarang hadir dalam pertandingan.
Absennya suporter karena pandemi COVID-19 menjadi pukulan telak, bahkan teknologi digital pun tidak bisa sepenuhnya menggantikan suasana yang sepi dalam kompetisi.
"Koneksi manusia tidak dapat direplikasi secara digital," kata Yiannis Exarchos, kepala eksekutif layanan penyiaran Olimpiade, dikutip dari Reuters, Rabu.
"Saya pikir kita harus jujur."
"Saya seorang pecinta teknologi tetapi teknologi hanya bisa melakukan beberapa hal," dia menambahkan.
Ketika ibu kota Jepang bergulat dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19, Olimpiade Tokyo, yang ditunda dari tahun lalu karena pandemi, diadakan tanpa penonton internasional maupun lokal.
Baca juga: Tokyo dinyatakan darurat COVID-19, Olimpiade digelar tanpa penonton
Baca juga: Olimpiade tanpa penonton, badan olahraga kecewa
Komite Olimpiade Internasional (IOC) harus mempercepat rencana digitalnya untuk menambahkan elemen baru di arena dan meningkatkan pengalaman atlet yang bertanding, sambil juga menghubungkan mereka dengan jutaan orang yang menonton di layar rumah.
Penyelenggara berusaha menebus ketidakhadiran penonton dengan berbagai upaya, mulai dari mengunggah video dan sorakan virtual hingga pesan yang ditampilkan di arena dan suara dari Olimpiade sebelumnya yang diputar.
Tautan langsung sedang disiapkan untuk keluarga dan kerabat atlet setelah kompetisi mereka berakhir, dan penyelenggara mencoba untuk terlibat dengan jutaan penggemar Olimpiade.
Exarchos, pemegang Olympic Broadcasting Services (OBS) yang produksi layanannya digunakan oleh perusahaan penyiaran, mengatakan tidak adanya penggemar berarti penyelenggara harus mempercepat pengenalan alat digital untuk menghubungkan dengan pemirsa di berbagai zona waktu, wilayah, budaya dan olahraga.
IOC mengatakan telah mencapai rekor angka di seluruh platform digitalnya sendiri dan Tokyo 2020, dengan lalu lintas dua kali lipat dari acara Rio de Janeiro 2016 untuk IOC dan Tokyo 2020.
Postingan media sosial Olimpiade telah menghasilkan lebih dari 2 miliar keterlibatan pengguna media digital.
"Dengan semua alat keterlibatan digital itu, kami perlu belajar banyak... untuk menggunakan teknologi untuk menyoroti dan menekankan apa yang telah terjadi dan tidak dapat dilihat secara fisik," kata Exarchos.
"Jika kami dapat menghadirkan itu di arena, kami menciptakan suasana yang lebih realistis dari apa yang terjadi di luar sana."
"Kami akan selalu merindukan kehadiran fisik, tetapi kami dapat melakukan lebih banyak lagi untuk menunjukkan keterlibatan penonton yang sebenarnya."
"Kita perlu menyoroti bahwa dunia ada di sini, dunia menyaksikan, dunia terlibat, dunia mendukung usaha para atlet."
Baca juga: Tokyo hadapi lonjakan kasus COVID-19, Olimpiade disorot lagi
Baca juga: Panpel Tokyo 2020 berencana siapkan 300 kamar hotel untuk isolasi
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade Tokyo meminta maaf untuk limbah makanan
Olimpiade
Panpel Olimpiade bertaruh pada teknologi untuk gantikan penonton
28 Juli 2021 17:34 WIB
Penari membawakan tarian dalam pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Nasional Jepang,Tokyo, Jepang, Jumat (23/7/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: