Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi turun, karena pelaku pasar melepas rupiah akibat kekhawatiran mereka akan ada aksi demo besar-besaran.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun 13 poin menjadi Rp8.938-Rp8.948 per dolar dari penutupan hari sebelumnya Rp8.925-Rp8.935.

Analis keuangan, Rully Nova di Jakarta, Rabu mengatakan, para pelaku pasar cenderung menahan diri diam dirumah yang dinilai lebih aman ketimbang di pasar, karena aksi demo itu bisa menimbulkan bahaya.

Akibat aktifitas perdagangan di pasar uang lebih menurun dibanding hari sebelumnya, sehingga rupiah terkoreksi jauh di atas level 10 poin, katanya.

Rupiah, menurut dia, mengalami koreksi yang paling tinggi sejak dua bulan lalu, karena keberadaan Bank Indonesia (BI) di pasar.

BI selalu menjaga pergerakan rupiah agar tetap berada dalam kisaran yang sempit, ujarnya.

Aksi demo besar-besaran itu, lanjut dia berkaitan dengan evaluasi setahun berjalannya pemerintahan Sby-Boediono yang dinilai jauh dari harapan.

Pertumbuhan ekonomi yang hanya didukung sektor konsumsi mengakibatkan ekonomi hanya tumbuh di atas enam persen sangat rendah jauh dibanding negara-negara tetanggan yang mencapai delapan persen, katanya.

Karena itu, menurut dia ekonomi nasional seharus bisa tumbuh lebih tinggi dari negara-negara di kawasan Asia ini, karena berbagai hambatan yang terjadi masih belum dapat diselesaikan.

Ia menambahkan, penyerapan dana anggaran Pendapatan & Belanja Negara (APBN) masih belum berjalan dengan optimal.

Selain itu sektor keuangan cenderung berjalan sendiri tidak menyentuh sektor riil yang bisa menjadi ancaman dikemudian hari, katanya.

Derasnya aliran modal asing ke pasar finansial merupakan salah satu faktor pertumbuhan ekonomi terus tumbuh, namun hot money di pasar domestik cenderung dalam jangka pendek.
(ANT/A024)