Jakarta (ANTARA) - Pemanah Indonesia Arif Dwi Pangestu mengaku sempat terkecoh dengan embusan angin kencang yang mengganggu konsentrasinya saat melakoni babak pertama recurve perorangan putra di Yumenoshima Archery Park Field, Selasa.

Badai Taifun menghampiri Tokyo pada hari ini sejak pukul 03.00 dini hari hingga siang waktu setempat yang menyebabkan sebagian pertandingan harus dijadwal ulang, termasuk cabang panahan.

Arif menceritakan cuaca ekstrem serta embusan angin kencang yang belum pernah ia temukan selama latihan di Jakarta itu sangat menyulitkannya. Dia pun harus mengakui keunggulan wakil Jerman Florian Uruh dengan skor 2-6 (24-28, 28-26, 24-28, 25-27).

“Anginnya kencang dan berubah-ubah. Terkadang ke kanan dan juga ke kiri. Cuacanya esktrim, sangat terasa ke badan dan kontrol tangan kiri juga sangat berbeda. Tapi, pas latihan soalnya cuaca mendung seperti kayak antara hujan atau tidak. Kalaupun terjadi hujan, mungkin lebih susah lagi," kata Arif dalam siaran pers Komite Olimpiade Indonesia.

Arif mengaku sempat fokus ke angin pada seri kedua. Namun, kondisi angin yang berubah-ubah itu kembali membuat konsentrasinya hilang.

“Tadi sempat anginnya agak cepat sehingga berubah konsentrasi. Kalau badai, ya, pasti anginnya besar banget kan, tetapi ini bukan badai, jadi kayak angin bingung gimana gitu. Itu sangat mempengaruhi konsentrasi karena waktu latihan juga tidak pernah kena angin seperti itu. Baru kali ini anginnya seperti itu," tambah Arif.

Baca juga: Arif Dwi Pangestu tersisih di babak eliminasi Olimpiade Tokyo

Sementara itu, pelatih tim panahan Indonesia Permadi mengatakan Arif sudah berusaha maksimal, apalagi ini merupakan debutnya di pesta olahraga terakbar di dunia itu sehingga wajar apabila Arif masih belum bisa konsentrasi menghadapi kondisi cuaca yang ekstrim.

"Ini luar biasa karena Arif itu belum pernah ikut PON, langsung ikut Olimpiade. Jadi, kalau dilihat sih memang kita perlu banyak event untuk atlet panahan ini supaya bisa menyesuaikan di kondisi-kondisi yang memang ekstrim," ujar Permadi.

Pengalaman Arif menghadapi cuaca ekstrim ini, lanjut Permadi, akan menjadi pekerjaan rumah bagi pelatih dan pembina pelatnas untuk menghadapi berbagai ajang internasional maupun Olimpiade 2024 Paris.

“Sepertinya kita perlu mencari tempat latihan lain dengan cuaca hujan, barangkali panas atau dingin,” pungkas Permadi.

Baca juga: Panahan beregu putra Indonesia tersingkir di babak eliminasi
Baca juga: Faktor angin penyebab kekalahan tim panahan Indonesia di Tokyo
Baca juga: Tim panahan Indonesia gagal ke semifinal beregu campuran