Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, membagikan hasil bumi selesai kegiatan ritual "Manusuk Sima", yang merupakan rangkaian peringatan hari jadi Ke-1142 Kota Kediri kepada warga yang melakukan isolasi dan panti lanjut usia.

"Hari Jadi Ke-1142 Kota Kediri ini, kami lakukan secara virtual, sebab memang dalam aturan seluruh gelaran kebudayaan dilarang dilakukan seperti biasanya," katanya.

Demikian juga 'polo pendem' hasil bumi yang diperebutkan usai acara ditiadakan dan diganti di bagikan ke lembaga sosial dan juga lewat sinergi untuk jaring pengaman sosial (Si Jamal)," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri, Selasa.

Wali Kota mengatakan, ritual upacara "Manusuk Sima" ini sudah menjadi tradisi tahunan, untuk menghormati para leluhur pendiri Kediri. Untuk itu, kegiatan tersebut tetap diadakan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat dan secara virtual.

Ia mengungkapkan bagaimanapun juga, nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan Manusuk Sima ini menjadi pengingat atau tetenger, bahwa ada masa awal ketika Kediri ditetapkan menjadi sebuah wilayah perdikan, yang berdiri dan tetap bertahan hingga sekarang.

"Kota Kediri ini sudah sangat tua, sudah memasuki usia ke-1.142. Kota ini telah melewati banyak era kepemimpinan, mulai dari jaman kerajaan, penjajahan, pasca kemerdekaan hingga era kepemimpinan saya," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri Nur Muhyar menyatakan pelaksanaan upacara secara virtual ini tetap berlangsung dengan khidmat. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Kediri.

"Penyelenggaraan Hari Jadi Kota Kediri secara virtual, karena memang mengikuti perkembangan COVID-19. Apalagi situasi masih PPKM. Masyarakat tetap bisa menyaksikan di Instagram @kediritourism dan juga chanel YouTube Kediri Tourisme TV," kata Nur Muhyar.

Baca juga: Kediri gelar tari kolosal 1.000 barong

Baca juga: Seniman luar negeri ikut pergelaran seni Kediri



Nur Muhyar juga mengatakan kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk melestarikan sejarah. Hal ini digelar untuk menjaga kebudayaan-kebudayaan luhur di tengah keberagaman, modernisasi, dan kemajuan teknologi.

"Dengan kegiatan ini mudah-mudahan bisa jadi inspirasi dan kebanggaan warga Kota Kediri yang namanya besar ini. Terlebih untuk kemajuan kota ini," kata dia.

Upacara Manusuk Sima merupakan peristiwa penting yang terjadi 1142 tahun lalu, yang menunjukkan sejarah berdirinya Kota Kediri, berdasar Prasasti Kwak yang ditemukan di Desa Ngabean, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Dalam prasasti tersebut berangka tahun 801 Saka atau tanggal 27 Juli 879 Masehi. Untuk itu setiap tanggal 27 Juli diperingati Hari Jadi Kota Kediri.

Ritual Manusuk Sima bertujuan agar dijauhkan dari berbagai bentuk bencana. Rangkaian ritual ini ditandai dengan pembacaan mantera dan pembakaran kemenyan oleh sang Makudur atau sesepuh adat.

Selanjutnya prosesi tumbal bumi yakni pemotongan ayam cemani atau ayam hitam, memecah telur dan menaburkan abu. Ritual ini memiliki makna siapapun mereka yang berani melanggar sabda alam akan mendapat malapetaka.

Dalam rangkaian acara tahun-tahun sebelumnya juga dibuat gunungan berisi hasil bumi. Namun, gunungan tidak dibuat dan diganti dengan dikemas plastik lalu dibagikan kepada warga yang isolasi, serta panti warga lanjut usia.

Baca juga: Usia 150 tahun, Jembatan Lama Kediri ditetapkan jadi cagar budaya

Baca juga: 1.500 pelajar mendongkrak budaya Kediri