Jakarta (ANTARA) - PT Bank Jago Tbk optimistis kinerja perseroan akan semakin membaik ke depan meski pada semester I 2021 laba perusahaan belum positif alias masih merugi Rp47 miliar atau turun 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 50,91 miliar.
"Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang," kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Kharim menjelaskan, jika dihitung secara kuartalan, kinerja emiten berkode saham ARTO itu sejatinya semakin membaik. Pada kuartal I 2021, Jago membukukan kerugian Rp38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil penerbitan saham baru atau rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian dapat diperkecil menjadi Rp9 miliar pada kuartal II 2021.
"Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid," ujar Kharim.
Setelah merampungkan rights issue pada April 2021, Bank Jago terus melakukan ekspansi. Dalam kurun tiga bulan terakhir, perseroan berhasil meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem.
Kolaborasi diwujudkan melalui kerjasama dengan sejumlah perusahaan peer to peer (P2P) lending, multifinance, digital ekosistem dan integrasi aplikasi dengan platform investasi Bibit serta super app Gojek.
Menurut Kharim, pencapaian selama semester I 2021 menunjukkan perusahaan telah berada di jalur yang tepat dalam mewujudkan aspirasi besar Jago sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem.
"Kolaborasi mendalam dengan ekosistem menjadi kesempatan bagi Jago untuk memperluas penetrasi pasar sekaligus memberikan pengalaman baru bagi nasabah dalam mengakses layanan bank," kata Kharim.
Integrasi aplikasi Jago dengan Bibit terwujud pada 5 Juli 2021 lalu dan dilanjutkan dengan integrasi aplikasi Gojek pada 22 Juli 2021. Integrasi aplikasi antara bank dengan ekosistem tersebut bukan hanya menjadi tonggak bersejarah Bank Jago, juga pencapaian penting industri perbankan digital di tanah air.
"Ini menjadi game changer yang akan membawa bank dan ekosistem digital ke level lebih tinggi. Berbagai bentuk kolaborasi dan integrasi akan memberikan manfaat kepada nasabah dan tentu pada akhirnya akan berdampak positif ke kinerja Bank Jago,” " ujar Kharim.
Sementara itu, kolaborasi dengan fintech lending direalisasikan dalam bentuk kerjasama pembiayaan atau partnership lending. Saat ini Bank Jago telah menjalin kemitraan dengan Akseleran, BFI Finance, Logisly, Adakami dan beberapa mitra lainnya.
"Kolaborasi ini tentu akan terus diperluas. Bersama para mitra, kami berupaya menciptakan akses keuangan ke para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah serta masyarakat luas. Dengan meningkatkan pembiayaan, kami ingin berkontribusi dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi," kata Kharim
Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari posisi yang sama tahun lalu (yoy). Jika dihitung secara kuartalan, kredit meningkat 68 persen dan jika ditarik dari posisi akhir Desember 2020 atau year to date (ytd), kredit melesat 139 persen.
"Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian," ujarnya.
Prinsip hati-hati dalam penyaluran kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level nol persen. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).
Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen (yoy). Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp139 miliar.
Hal itu berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada Semester I 2020 menjadi 129 persen pada Semester I 2021. Kondisi itu turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.
Sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal tersebut membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135 persen menjadi Rp183 miliar. Kenaikan biaya operasional itu berdampak ke perolehan laba periode semester I-2021 yang masih membukukan rugi bersih.
Dari sisi aset, terdapat kenaikan yang signifikan sebesar 491 persen dari Rp1,7 triliun menjadi Rp10 triliun. Adapun ekuitas meningkat 538 persen dari Rp1,3 triliun menjadi Rp8,1 triliun. Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326 persen menjadi Rp1,73 triliun.
"Berbagai indikator keuangan menunjukkan Bank Jago memiliki fundamental yang sangat kuat dan mampu menopang target untuk tumbuh secara berkelanjutan," kata Kharim.
Baca juga: Bank Jago jadi salah satu metode pembayaran nontunai di aplikasi Gojek
Baca juga: Bank Jago dan Logisly berkolaborasi beri modal kerja pengusaha truk
Baca juga: Bank Jago rangkul Bibit integrasikan layanan bank dan investasi
Baca juga: Analis: Beda dengan bank digital lain, ARTO didukung ekosistem Gojek
Bank Jago optimistis kinerja membaik meski laba belum positif
26 Juli 2021 10:28 WIB
Bank Jago masih membukukan rugi bersih pada semester I 2021 Rp47 miliar. ANTARA/Citro Atmoko.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: