Semarang (ANTARA News) - Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo sepanjang 75,67 kilometer telah dimulai sejak akhir Januari 2009.
Setelah berjalan selama hampir dua tahun, proses pengadaan lahan hingga pembangunan konstruksi, khususnya untuk rute Kota Semarang hingga Ungaran, Kabupaten Semarang, terus dikebut.
Bahkan, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo sebelumnya sempat optimistis penggalan pertama Tol Semarang-Solo ini akan mampu melayani masyarakat dalam arus mudik Lebaran 2010. Namun, target tersebut urung terealisasi mengingat berbagai kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan mega proyek ini.
"Hambatan yang dihadapi pada rute ini cukup berat, meski penyelesaian sasaran mengalami perkembangan yang cukup positif," kata Gubernur.
Menurut dia, pekerjaan untuk menyelesaikan sasaran di rute ini sudah direspons cukup baik oleh pelaksana proyek.
Berdasarkan perhitungan waktu, pengerjaan proyek ini dipastikan akan sesuai target yang ditetapkan, meski terdapat sejumlah kendala.
Ia mengungkapkan, kendala teknis dalam penyelesaian seksi I ini ternyata cukup berat.
"Saya sudah minta Dinas Bina Marga untuk mengecek langsung ke lapangan dan mendata ulang kendala teknis yang ada," katanya.
Menurut dia, perhitungan terhadap berbagai kendala yang masih dihadapi ini akan digunakan untuk menentukan waktu penyelesaian sesuai rencana.
Ia mencontohkan beberapa kendala teknis yang dihadapi, seperti pemotongan bukit di wilayah Leyangan, Kabupaten Semarang.
"Kelihatannya cukup mudah pekerjaan yang harus dilakukan, tapi kenyataannya ketika di lapangan cukup sulit," katanya.
Kondisi ini, katanya, diperparah dengan musim hujan yang masih berlangsung hingga saat ini.
"Kalau malam hujan, paginya sudah pasti tidak dapat bekerja dan harus menunggu hingga sore," katanya.
Menurut dia, hujan yang masih saja terjadi di proyek yang sekitar 90 persen konstruksi fisiknya telah selesai ini cukup membahayakan bagi para pekerja.
Ia menuturkan, meski truk pengangkut serta berbagai peralatan lainnya masih baru, namun sangat berbahaya jika beroperasi dalam kondisi hujan.
Spekulan Tanah
Sementara anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah Khayatulmaki menilai, selain cuaca ekstrim, kelancaran proyek ini juga terkendala oleh kelancaran proses pengadaan lahan.
Ia mengindikasikan keberadaan spekulan tanah dalam pelaksanaan proyek jalan tol ini, sehingga berdampak terhadap pencapaian target penyelesaian proyek.
"Jelas ada makelar tanah yang bermain dalam proyek ini, sehingga target penyelesaian tol pada Juli 2010 kemungkinan besar tidak tercapai," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan ini.
Ia menuturkan tim pengadaan lahan proyek Jalan Tol Semarang-Solo harus tegas dalam menyelesaikan permasalahan ini melalui mekanisme konsinyasi.
Menurut dia, indikasi keberadaan spekulan tanah ini terbukti dari terungkapnya kasus raibnya uang ganti rugi lahan proyek tol milik warga Jatirunggo, Kabupaten Semarang, sebesar Rp13,2 miliar.
Ia khawatir kasus ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat.
"Jika kasus ini berlarut-larut, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap proses pengadaan lahan lanjutan," katanya.
Menurut dia, jangan sampai masyarakat yang tanahnya akan terkena lanjutan proyek Tol Semarang-Solo itu menjadi enggan melepas lahannya.
Perencanaan Kurang Matang
Analis transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno berpendapat, proses pembangunan jalan tol Semarang-Solo tidak memiliki perencanaan matang sejak awal.
"Pembangunan ruas tol ini terkesan dipaksakan dan tanpa perencanaan yang matang," kata Djoko di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan rencana pembangunan jalan tol ini tidak memperhitungkan kondisi di masa yang akan datang.
Tanpa perencanaan yang matang, katanya, pembangunan jalan tol ini tidak akan selesai pada 2012, seperti yang telah ditargetkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Ia mengungkapkan, jika proses pembangunan jalan tol ini terus molor, maka akan berdampak terhadap pembengkakan pendanaan yang semakin besar.
Pembengkakan biaya pembangunan yang semakin besar, justru akan memberatkan masyarakat yang akan menggunakan jalan tol ini saat dioperasikan.
"Pengguna tol akan terbebani biaya yang lebih mahal, jika pendanaan pembangunan terus membengkak," katanya.
Bahkan, ia memperkirakan proyek ini hanya akan terealisasi setengah dari rute sepanjang 76,5 kilometer yang direncanakan.
"Tol ini kemungkinan hanya akan terealisasi untuk rute Kota Semarang hingga Bawen, Kabupaten Semarang," katanya.
Kerugian secara ekonomis ini, perlu segera dicarikan pemecahannya, katanya.
Dibangun Dua Arah
Untuk mengejar target penyelesaian proyek ini, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo menyatakan, pemerintah pusat siap mendukung pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo dari dua arah sekaligus.
"Cara ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat penyelesaian jalan tol ini," kata gubernur di Semarang, Jumat.
Menurut dia, jika tidak dikerjakan dari dua arah, jalan tol itu tidak akan selesai dibangun pada 2012.
Ia menjelaskan, dengan pelaksanaan pembangunan dari dua arah, pemerintah pusat juga telah sepakat untuk mendukung dalam hal penyediaan dana untuk pembebasan lahan.
"Dana serta lahan yang akan dibebaskan untuk rute Solo hingga Boyolali telah siap. Pemerintah pusat telah sepakat untuk mendukung pelaksanaannya," katanya.
Meski banyak kendala yang dihadapi dalam penyelesaian proyek ini, ia tetap optimistis proyek ini akan terselesaikan secara baik, sesuai target yang ditentukan.
"Semua alat berat sudah dikerahkan untuk menyelesaikan pekerjaan di rute ini," katanya.
Setelah penyelesaian rute ini, kata dia, akan segera dilanjutkan dengan penggalan kedua yang menghubungkan Ungaran hingga Bawen. (I021/K004)
Hambatan Cuaca Hingga Lahan, Tol Semarang-Solo Terus Dikebut
17 Oktober 2010 07:41 WIB
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan jalan tol Semarang-Solo, di Kecamatan Banyumanik, di Semarang, Jateng, Selasa (5/1). (ANTARA/R. Rekotomo)
Oleh Oleh I Citra Senjaya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: