Status Waspada Urungkan Niat Ratusan Pendaki ke Puncak Merapi
17 Oktober 2010 06:02 WIB
Seorang warga mencari rumput di lereng Merapi untuk pakan ternak saat melintasi kawasan Kaliadem, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Rabu (13/10). ( ANTARA/ Wahyu Putro A )
Boyolali (ANTARA News) - Ratusan pendaki dari berbagai daerah telah membatalkan pendakian ke Gunung Merapi melalui jalur Selo, Kabupaten Boyolali, sejak gunung itu diinformasikan mengalami peningkatan status menjadi waspada.
"Jumlahnya sekitar 300-an orang yang mendaftar pendakian, tetapi mereka batal naik ke puncak Merapi, sejak jalur Selo, Boyolali ditutup sementara, pada tanggal 23 September 2010 hingga sekarang," kata Ketua Tim SAR Barameru, Desa Lencoh, Selo, Samsuri, di Boyolali, Minggu.
Ratusan pendaki tersebut, kata Samsuri, datang dari berbagai daerah seperti Kota Solo, Semarang, Wonosobo, Yogyakarta, dan Jakarta. Mereka mengurungkan pendakian ke puncak, karena status Gunung Merapi meningkat menjadi waspada.
Menurut Samsuri, permintaan terakhir dari Mapala Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang akan melakukan pendakian massal ke Merapi, rencana pada tanggal 23 Oktober ini.
Namun, jalur Merapi untuk sementara masih ditutup untuk mendakian, maka mereka mengalihkan ke Gunung Merbabu.
"Mereka ada sekitar 80 orang yang akan melakukan kegiatan pendakian. Mereka kemudian rencana mengalihkan ke Merbabu melalui jalur Selo, Boyolali," kata Samsuri.
Menurut dia, para pendaki tersebut meminta izin pendakian ke Tim SAR Barameru datang ke basecamp New Selo di Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Bahkan, mereka ada yang memberitahu hanya melalui telepon selulernya untuk izin pendakian.
Namun, kondisi Merapi hingga sekarang statusnya belum ada perubahan dan tidak aman bagi pendaki. Maka, mereka tidak diizinkan melakukan pendakian.
Apalagi, lanjut dia, kondisi cuaca beberapa hari ini di kawasan puncak kelihatan tidak bersahabat bagi pendakian. Sering turun hujan lebat, petir, dan berkabut. Hal itu, akan menyulitkan dan berbahaya para pendaki.
Menurut Kepala Polsek Selo Polres Boyolali AKP Suparma, pihaknya untuk sementara tidak memberikan izin para pendakian ke Merapi, karena kondisi status masih waspada.
Namun, jika kondisi Merapi sudah aman atau statusnya menurun menjadi normal aktif, mereka dapat melakukan pendakian kembali.
Sementara desa yang masuk kawasan rawan bencana satu Gunung Merapi, di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah membentuk tim siaga bencana sebagai langkah antisipasi jika gunung ini meletus.
Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyaralat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Boyolali Sumantri, desa yang membentuk tim siaga, yakni Tlogolele, Jrakah, dan Klakah.
tim siaga tersebut terdiri atas perangkat desa, Palang Merah Indonesia (PMI), Tagana, relawan penanganan bencana Merapi, Orari, dan RAPI. Tim siaga ini dilengkapi peralatan pendukung agar komunikasi bisa dilakukan 24 jam nonstop.
"Tim siaga bencana Merapi di desa dikoordinasi oleh kepala desa setempat," katanya. (ANT/K004)
"Jumlahnya sekitar 300-an orang yang mendaftar pendakian, tetapi mereka batal naik ke puncak Merapi, sejak jalur Selo, Boyolali ditutup sementara, pada tanggal 23 September 2010 hingga sekarang," kata Ketua Tim SAR Barameru, Desa Lencoh, Selo, Samsuri, di Boyolali, Minggu.
Ratusan pendaki tersebut, kata Samsuri, datang dari berbagai daerah seperti Kota Solo, Semarang, Wonosobo, Yogyakarta, dan Jakarta. Mereka mengurungkan pendakian ke puncak, karena status Gunung Merapi meningkat menjadi waspada.
Menurut Samsuri, permintaan terakhir dari Mapala Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang akan melakukan pendakian massal ke Merapi, rencana pada tanggal 23 Oktober ini.
Namun, jalur Merapi untuk sementara masih ditutup untuk mendakian, maka mereka mengalihkan ke Gunung Merbabu.
"Mereka ada sekitar 80 orang yang akan melakukan kegiatan pendakian. Mereka kemudian rencana mengalihkan ke Merbabu melalui jalur Selo, Boyolali," kata Samsuri.
Menurut dia, para pendaki tersebut meminta izin pendakian ke Tim SAR Barameru datang ke basecamp New Selo di Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Bahkan, mereka ada yang memberitahu hanya melalui telepon selulernya untuk izin pendakian.
Namun, kondisi Merapi hingga sekarang statusnya belum ada perubahan dan tidak aman bagi pendaki. Maka, mereka tidak diizinkan melakukan pendakian.
Apalagi, lanjut dia, kondisi cuaca beberapa hari ini di kawasan puncak kelihatan tidak bersahabat bagi pendakian. Sering turun hujan lebat, petir, dan berkabut. Hal itu, akan menyulitkan dan berbahaya para pendaki.
Menurut Kepala Polsek Selo Polres Boyolali AKP Suparma, pihaknya untuk sementara tidak memberikan izin para pendakian ke Merapi, karena kondisi status masih waspada.
Namun, jika kondisi Merapi sudah aman atau statusnya menurun menjadi normal aktif, mereka dapat melakukan pendakian kembali.
Sementara desa yang masuk kawasan rawan bencana satu Gunung Merapi, di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah membentuk tim siaga bencana sebagai langkah antisipasi jika gunung ini meletus.
Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyaralat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Boyolali Sumantri, desa yang membentuk tim siaga, yakni Tlogolele, Jrakah, dan Klakah.
tim siaga tersebut terdiri atas perangkat desa, Palang Merah Indonesia (PMI), Tagana, relawan penanganan bencana Merapi, Orari, dan RAPI. Tim siaga ini dilengkapi peralatan pendukung agar komunikasi bisa dilakukan 24 jam nonstop.
"Tim siaga bencana Merapi di desa dikoordinasi oleh kepala desa setempat," katanya. (ANT/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: