Militer AS: 77.000 Warga Irak Tewas dalam Lima Tahun
16 Oktober 2010 08:44 WIB
Seorang bocah Afghanistan berjalan saat tentara AS dari pleton ke3 camp Bravo 5/2 ID striker Brigade Combat Team (SBCT) batalyon infanteri 1-17 melakukan patroli di Shahwali Kot, Kandahar, Senin (10/5). (ANTARA/AFP PHOTO/Tauseef MUSTAFA)
Washington (ANTARA News) - Militer Amerika Serikat telah mengeluarkan penemuan angka 77.000 warga Irak yang tewas dari Januari 2004 hingga Agustus 2008, periode yang merupakan babak paling berdarah dari tujuh tahun perang Irak.
Sebagai penemuan yang dianggap data terperinci paling tajam yang dikeluarkan militer mengenai kematian dalam perang Irak itu, jumlah tersebut disiarkan dengan hati-hati di laman Internet Komando Pusat AS pada akhir Juli.
Bagaimanapun angka itu baru dilaporkan oleh media berita besar pekan ini.
Menurut hitungan itu, 63.185 warga sipil Irak dan 13.754 tentara keamanan Irak tewas pada periode waktu tersebut, yang mencakup puncak kekerasan sektarian yang memporak-porandakan negara itu pada 2006-2007.
Sedikitnya 121.649 warga sipil dan anggota pasukan keamanan Irak juga terluka, kata laporan itu, sementara 3.592 tentara koalisi tewas dan 30.068 terluka.
Seorang jurubicara Departemen Pertahanan mengatakan tidak jelas apakah kematian gerilyawan termasuk dalam data itu, tapi menyebutkan kematian itu tidak hanya disebabkan oleh pasukan koalisi, tapi juga oleh gerilyawan Al Qaida dan pejuang lainnya.
Perkiraan sangat berbeda-beda mengenai jumlah warga Irak yang tewas sejak serangan pimpinan-AS di Irak pada Maret 2003, dan korban itu lebih rendah ketimbang korban yang diberikan oleh Kementerian HAM Irak.
Dalam laporan pada Oktober 2009, kementerian itu mengatakan 85.694 orang telah tewas sebagai akibat kekerasan, sementara 147.195 orang terluka.
Database publik independen Iraq Body Count menyebutkan jumlah kematian warga sipil sejak 2003 antara 98.252 hingga 107.235 orang.
Sementara penelitian 2006 yang kontroversial oleh jurnal kedokteran Inggris The Lancet menyatakan 655.000 warga Irak telah tewas dalam perang itru, jauh melebihi perkiraan lainnya pada waktu itu.
Data militer AS itu dikeluarkan untuk menanggapi permintaan akan Undang-undang Kebebasan Informasi dari Arsip Keamanan Nasional George Washington University.
Database itu mencatat kemajuan yang mantap dalam kekerasan sektraian di negara itu, dari sekitar 239 kematian warga sipil sebulan pada 2004 sebelum mencapai 2.100 sebulan pada 2006, ketika yang diduga gerilyawan Al Qaida menghancurkan kubah emas masjid Al-Askari, yang menimbulkan gelombang kekerasan sektarian.
Pertumpahan darah makin menggila pada 2007, dengan 3.000 lebih warga sipil Irak tewas dalam beberapa bulan. Kekerasan menurun menuju akhir tahun itu pada saat penambahan tentara AS, dengan 488 warga sipil Irak tewas pada Agustus 2008.
Pada September, hitungan pemerintah Irak mendapati seluruhnya 273 warga Irak telah tewas, jumlah terendah sejak Januari, yang menyaksikan 196 pembunuhan kasar.
Penurunan cepat dalam serangan terjadi setelah Juli dan Agustus yang mencatat dua korban bulanan tertinggi sejak 2008.
AS mengumumkan berakhirnya resmi operasi tempur pada 1 September, meskipun tentara Amerika masih dapat menembakkan senjata mereka sebagai pertahanan diri dan melakukan operasi anti-teror bersama dengan timpalan Irak mereka.
Sekitar 4.425 tentara AS telah tewas di Irak sejak invasi 2003 untuk menjatuhkan Saddam Hussein, menurut laman Internet independen www.icasualties.org.
(S008/S004/S026)
Sebagai penemuan yang dianggap data terperinci paling tajam yang dikeluarkan militer mengenai kematian dalam perang Irak itu, jumlah tersebut disiarkan dengan hati-hati di laman Internet Komando Pusat AS pada akhir Juli.
Bagaimanapun angka itu baru dilaporkan oleh media berita besar pekan ini.
Menurut hitungan itu, 63.185 warga sipil Irak dan 13.754 tentara keamanan Irak tewas pada periode waktu tersebut, yang mencakup puncak kekerasan sektarian yang memporak-porandakan negara itu pada 2006-2007.
Sedikitnya 121.649 warga sipil dan anggota pasukan keamanan Irak juga terluka, kata laporan itu, sementara 3.592 tentara koalisi tewas dan 30.068 terluka.
Seorang jurubicara Departemen Pertahanan mengatakan tidak jelas apakah kematian gerilyawan termasuk dalam data itu, tapi menyebutkan kematian itu tidak hanya disebabkan oleh pasukan koalisi, tapi juga oleh gerilyawan Al Qaida dan pejuang lainnya.
Perkiraan sangat berbeda-beda mengenai jumlah warga Irak yang tewas sejak serangan pimpinan-AS di Irak pada Maret 2003, dan korban itu lebih rendah ketimbang korban yang diberikan oleh Kementerian HAM Irak.
Dalam laporan pada Oktober 2009, kementerian itu mengatakan 85.694 orang telah tewas sebagai akibat kekerasan, sementara 147.195 orang terluka.
Database publik independen Iraq Body Count menyebutkan jumlah kematian warga sipil sejak 2003 antara 98.252 hingga 107.235 orang.
Sementara penelitian 2006 yang kontroversial oleh jurnal kedokteran Inggris The Lancet menyatakan 655.000 warga Irak telah tewas dalam perang itru, jauh melebihi perkiraan lainnya pada waktu itu.
Data militer AS itu dikeluarkan untuk menanggapi permintaan akan Undang-undang Kebebasan Informasi dari Arsip Keamanan Nasional George Washington University.
Database itu mencatat kemajuan yang mantap dalam kekerasan sektraian di negara itu, dari sekitar 239 kematian warga sipil sebulan pada 2004 sebelum mencapai 2.100 sebulan pada 2006, ketika yang diduga gerilyawan Al Qaida menghancurkan kubah emas masjid Al-Askari, yang menimbulkan gelombang kekerasan sektarian.
Pertumpahan darah makin menggila pada 2007, dengan 3.000 lebih warga sipil Irak tewas dalam beberapa bulan. Kekerasan menurun menuju akhir tahun itu pada saat penambahan tentara AS, dengan 488 warga sipil Irak tewas pada Agustus 2008.
Pada September, hitungan pemerintah Irak mendapati seluruhnya 273 warga Irak telah tewas, jumlah terendah sejak Januari, yang menyaksikan 196 pembunuhan kasar.
Penurunan cepat dalam serangan terjadi setelah Juli dan Agustus yang mencatat dua korban bulanan tertinggi sejak 2008.
AS mengumumkan berakhirnya resmi operasi tempur pada 1 September, meskipun tentara Amerika masih dapat menembakkan senjata mereka sebagai pertahanan diri dan melakukan operasi anti-teror bersama dengan timpalan Irak mereka.
Sekitar 4.425 tentara AS telah tewas di Irak sejak invasi 2003 untuk menjatuhkan Saddam Hussein, menurut laman Internet independen www.icasualties.org.
(S008/S004/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
Tags: