Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) telah merancang sejumlah strategi untuk menekan emisi karbon melalui pemanfaatan energi ramah lingkungan dalam upaya menciptakan kehidupan yang lebih bersih di masa depan.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya telah mengeliminasi rencana pengembangan baru pembangkit listrik berbasis gas bumi dan batu bara pada 2021-2030.

“Kita di sini dengan satu tujuan memastikan generasi mendatang memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan generasi hari ini,” kata Darmawan Prasodjo.


Baca juga: PLTS Sei Mangkei berpotensi turunkan emisi karbon 1,4 ton per tahun
Dia mengungkapkan pihaknya mulai memensiunkan generasi pertama pembangkit listrik tenaga uap pada 2030 dan dilanjutkan pada tahun berikutnya, sehingga pada 2060 seluruh pembangkit fosil akan digantikan pembangkit berbasis energi baru terbarukan.

Pada 2035, PLN akan menjalankan tahap kedua mempensiunkan pembangkit fosil tua yang subkritikal sebesar sembilan gigawatt.

Tahap ketiga pada 2040, PLN akan kembali mempensiunkan pembangkit supercritikal sebesar 10 gigawatt. Lalu, lima tahun kemudian perseroan akan mempensiunkan PLTU ultra superkritikal sebesar 24 gigawatt.

Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya PLN mencapai netral karbon pada 2060.


Baca juga: Gas bumi jadi andalan dalam program transisi energi
Selain itu, PLN juga mendorong transisi energi dan dekarbonisasi pada sektor ketenagalistrikan dengan strategi bertahap guna mencapai target nol emisi karbon pada 2060, seperti menjalankan program co-firing biomassa, penggunaan kendaraan listrik, dan konversi pembangkit listrik tenaga diesel dengan pembangkit energi baru terbarukan.

"Kita harus menggeser pola konsumsi energi dari foreign based energy menjadi domestic based energy dengan mendorong kendaraan listrik, ini jadi solusi menekan emisi karbon. Transisi energi juga punya kepentingan menekan impor BBM," ujar Darmawan.

PLN berkomitmen pengembangan energi baru terbarukan akan mengalami peningkatan secara masif mulai tahun 2028 karena kemajuan baterai yang semakin murah. Kemudian mengalami kenaikan secara eksponensial mulai tahun 2040.

Pembangkit nuklir akan masuk pada tahun 2040 untuk menjaga keandalan sistem seiring perkembangan teknologi nuklir yang semakin aman.

Perusahan setrum negara itu menjamin seluruh pembangkit listrik di Indonesia yang dikelola perseroan akan menggunakan energi bersih mulai tahun 2060.

Direktur Jenderal Asian Development Bank (ADB) untuk Kawasan Asia Tenggara Ramesh Subramaniam, menyampaikan apresiasi dan dukungannya pada visi PLN terhadap generasi mendatang.

“Saya mendengar poin yang sangat baik dari PLN bahwa peran kita yang paling penting adalah menjaga generasi mendatang. Itu adalah tanggung jawab kita," ucap Ramesh.