Surabaya (ANTARA) - PT Perkebunan Nusantara XI mengembangkan potensi beras pisang di Pusat Penelitian (Puslit) Sukosari, Lumajang, Jatim, karena daerah itu dikenal penghasil pisang, serta sebagai upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
"Kami mendukung ketahanan pangan nasional, baik melalui upaya peningkatan produktivitas tebu sebagai core business hingga pengembangan potensi yang dimiliki perusahaan, termasuk beras pisang di Puslit Sukosari," kata Direktur PTPN XI, R. Tulus Panduwidjaja di Surabaya, Kamis.
Tulus optimistis, pengembangan ini bisa menjadi salah satu komoditas, dan solusi bagi masalah pangan di Tanah Air, sebab tidak hanya dapat dikonsumsi tetapi juga memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan.
"Dari hasil analisa salah satu laboratorium milik universitas negeri di Jember, beras pisang memiliki kandungan serat empat kali lebih banyak bila dibanding beras padi, juga memiliki kandungan protein dan lemak, serta baik untuk pencernaan," kata Tulus, dalam siaran persnya.
Manajer Penelitian Puslit Sukosari Lumajang, Nanik Tri Ismadi mengatakan, keberadaan pisang di Lumajang sangat banyak, dan harganya turun apabila sudah lama, serta tidak sedikit yang terbuang karena rusak tidak laku terjual.
"Untuk itu kami tawarkan konsep diolah menjadi beras pisang sehingga nilai ekonomis bisa terangkat, juga bisa untuk pengganti beras padi dan angkat potensi Lumajang," katanya, menguraikan.
Menurut hasil analisa perbandingan kandungan beras padi dengan beras pisang masing-masing adalah prosentase serat 0,48 dan 2,05, prosentase lemak 2,68 dan 2,44 dan prosentase protein 7,39 dan 3,27.
Beras pisang merupakan produk olahan dari buah pisang segar yang sudah tua tetapi belum matang, diolah dengan sistem pemanasan, penghancuran dan pengeringan sehingga menghasilkan bahan makanan pokok yang masih mempunyai nilai keunggulan buah pisang yakni buah dengan kadar serat pangan tinggi, dan dapat menjadi salah satu alternatif makanan pokok pengganti nasi.
Selain itu, dapat disimpan dalam waktu tertentu sehingga dapat meningkatkan daya simpan buah pisang, karena pisang mempunyai faktor pembatas, yaitu daya simpannya pendek.
"Cara membuatnya juga sangat mudah sehingga bisa dilakukan siapa saja, terutama di masa saat ini dan bisa diproduksi massal. Caranya, pilih pisang yang sudah tua dan dibersihkan, dimasukkan dalam pemanas, autoklaf atau pengukus dengan suhu 90 derajat sampe 100 derajat celsius selama kurang lebih 25 menit terus angkat dan dinginkan," katanya.
Kemudian, kupas kulit pisang dan perkecil partikel pisang, seperti diparut lalu keringkan.
"Nah bila mau dimasak tinggal kukus seperti menanak nasi, rasanya tidak kalah enak sama nasi padi. Yang kami tahu beras pisang ini merupakan temuan pertama kali, masih kami pertimbangkan untuk pengurusan patennya," katanya.
Nanik menyebut jenis pisang yang paling cocok digunakan untuk membuat beras pisang adalah pisang Berlin, Emas, Moseng, Triolin dan kapok Bali.
Ke depan pihaknya akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan beras pisang dan olahan pisang lainnya.
Baca juga: Pejabat PTPN XI tandatangani pakta integritas optimalisasi kinerja
Baca juga: PTPN XI targetkan produktivitas tebu 2021 sebesar 75,4 ton
Baca juga: Askrindo gandeng PTPN XI untuk salurkan dana kemitraan petani tebu
PTPN XI kembangkan potensi beras pisang di Lumajang
22 Juli 2021 12:11 WIB
Contoh beras pisang yang sudah diolah dan siap dimakan. ANTARA/HO-PTPN XI
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: