Palu (ANTARA News) - Investasi perkebunan sawit di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, perlu dievaluasi karena cenderung masih mengabaikan prinsip ekologis dan keselamatan manusia.

Direktur Yayasan Tanah Merdeka (YTM), Mohammad Hamdin, di Palu, Selasa, mengatakan, bukti dari kelalaian tersebut adalah terjadinya sejumlah bencana berupa banjir, konflik agraria, kerusakan hutan maupun tanah longsor yang berujung raibnya nyawa manusia.

"Korban longsor di Morowali adalah salah satu bentuk nyata dari diabaikannya prinsip ekologi dan keselamatan manusia itu," katanya menanggapi longsor di Morowali yang menewaskan 11 orang dan melukai 18 orang lainnya.

Dia menilai, pengabaian prinsip ekologi dan keselamatan tersebut tidak saja terjadi di sektor perkebunan tetapi juga di sektor industri pertambangan, dan pengelolaan kayu.

Dia mengatakan, investasi tiga sektor tersebut saat ini berlangsung secara masif di Kabupaten Morowali dan sejumlah daerah lainnya di Sulteng.

Hamdin mengatakan, perlu evaluasi menyeluruh dari pemerintah pusat sampai ke daerah terhadap aktivitas tersebut. Jika tidak, bencana demi bencana akan terus membayangi Sulteng.

Menurut Hamdin, terjadinya berbagai bencana akibat mengabaikan prinsip ekologi tersebut merupakan bukti kegagalan pengelolaan sumber daya alam yang berbasis negara dan paritisipatif.

"Ini artinya kegagalan pengelolaan sumber daya alam berbasis negara dan paritisipatif," katanya.

Hamdin mengatakan, pemerintah perlu merumuskan model-model pengelolaan sumber daya alam yang partisipatif dengan melibatkan organisasi komunitas atau para pihak.

Tokoh agama di Kabupaten Morowali juga meminta perlunya evaluasi terhadap kegiatan eksploitasi sumber daya alam di daerah itu karena sudah berdampak pada rusaknya lingkungan dan merenggut nyawa manusia.

"Sudah perlu dievaluasi kegiatan eksploitasi di daerah ini," kata pendeta, Martinus.

Dia mengatakan, longsor yang menewaskan 11 orang dan belasan luka-luka di Morowali, Selasa siang adalah salah satu bentuk eksploitasi alam yang tidak memperhatikan keselamatan manusia.

Menurut Martinus, longsor yang menimbun barak perusahaan sawit di Desa Bunta, Kecamatan Petasia, karena tanah di gunung tersebut dieksploitasi untuk menimbun jalan di perkebunan kelapa sawit.

Kejadian serupa kata dia, juga pernah terjadi beberapa bulan lalu yang sudah menewaskan sejumlah orang. Peristiwa tersebut kata dia, tidak dijadikan pelajaran bagi kegiatan investasi di daerah itu.(*)
(T.A055/R009)