Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada ditutup melemah, dibayangi kekhawatiran investor atas penyebaran varian Delta COVID-19 yang makin meluas.

Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp14.543 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.518 per dolar AS.

"Indeks dolar menguat pada Rabu karena kegelisahan investor akan melonjaknya infeksi virus COVID-19," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.

Dolar AS terangkat upaya pelarian ke aset-aset yang lebih aman karena investor tetap cemas tentang varian Virus Corona yang menyebar cepat dan dapat menghambat pertumbuhan global.

Investor memilih untuk tetap di luar pasar di tengah kekhawatiran baru tentang varian Delta yang sangat menular dan sekarang menjadi jenis Virus Corona yang dominan di seluruh dunia.

Baca juga: Rupiah Rabu pagi melemah 25 poin

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 93,017, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 92,973.

Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,243 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,209 persen.

Dari dalam negeri, terjadi penambahan 38.325 kasus baru COVID-19 pada Selasa (20/7) sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 2,95 juta kasus. Sebanyak 76.200 orang meninggal akibat terpapar COVID-19.

Meski demikian sebanyak 2,32 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif COVID-19 sehingga total kasus aktif mencapai 550.192 kasus.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.530 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.530 per dolar AS hingga Rp14.559 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp14.554 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.524 per dolar AS.

Baca juga: IHSG ditutup naik, ditopang antisipatif investor atas data ekonomi AS