Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid mengatakan para pemimpin perguruan tinggi harus responsif untuk menjaga keberlanjutan kegiatan akademik di masa pandemi COVID-19.

"Di masa pandemi COVID-19, pemimpin perguruan tinggi diharuskan memahami masalah dan meresponsnya dengan cepat dan tepat," kata Fathul dalam The 2nd National Sustainability University Leaders Meeting 2021 bertema "Kepemimpinan dalam Transformasi Kampus Berkelanjutan Pascapandemi " yang berlangsung secara virtual di Yogyakarta, Rabu.

Kecepatan dan ketepatan respons, kata Fathul, sangat penting untuk menjaga keberlanjutan operasi dan akademik. Namun, setelah 1,5 tahun berjalan, alasan kedaruratan telah berkurang validitasnya.

Selain itu, menurut dia, perspektif baru juga perlu diterapkan oleh para pimpinan kampus di masa pandemi.

Baca juga: Rektor UII: Umat Muslim perlu merekonstruksi sejarah peradaban Islam

Baca juga: Rektor UII: Profesor harus mampu menembus sekat disiplin ilmu


Pandemi, bagi Fathul, sudah seharusnya tidak hanya dilihat sebagai musibah yang harus dimitigasi, namun juga mengandung berkah tersamar yang perlu disyukuri.

"Sikap yang terkesan subtil ini, menurut saya sangat penting, bisa menjadi titik balik dari mengutuk kegelapan ke menyalakan lilin penerang, dari ratapan menuju harapan, dari hujatan menuju lompatan," kata dia.

Pespektif tersebut, menurut dia, juga akan menumbuhkan sikap menerima keadaan secara objektif dan memikirkan inovasi untuk meresponsnya, termasuk meningkatkan kualitas akademik.

"Termasuk di dalamnya adalah inisiatif penguatan ekosistem pembelajaran daring dan peningkatan pengalaman pembelajaran mahasiswa," kata dia.

Fathul menuturkan Universitas Islam Indonesia (UII) selama ini merespons pandemi COVID-19 dengan tiga pendekatan yang saling terkait yakni cermat bertahan, sehat berbenah, dan pesat bertumbuh.

"Bingkai tersebut bisa kita kaitkan dengan keberlanjutan perguruan tinggi, dalam artian yang sangat luas," ujar dia.

Pola pikir tersebut, menurut dia, jika tidak diletakkan pada perspektif yang luas dan horison yang jauh dapat menjebak dalam egoisme, karena cenderung berorientasi ke dalam (inward looking).

"Keberlanjutan perguruan tinggi juga harus berorientasi ke luar (outward looking) dan dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan untuk manfaat yang lebih luas," kata dia.*

Baca juga: UII dorong pengembangan obat modern asli Indonesia

Baca juga: Pakar UII dorong masyarakat konsisten lindungi data pribadi