Laporan dari Beijing
Hari Raya Idul Adha di Niujie tanpa pemotongan hewan kurban
20 Juli 2021 15:35 WIB
Sedikitnya 1.000 umat Islam dari berbagai etnis di China mendengarkan khotbah Hari Raya Idul Adha di Masjid Niujie, Beijing, Selasa (20/7). Shalat Id di masjid yang dibangun pada tahun 996 Masehi tersebut digelar tanpa pengaturan jarak antarmakmum. ANTARA/M. Irfan Ilmie.
Beijing (ANTARA) - Perayaan Lebaran Idul Adha di Masjid Niujie, Beijing, Selasa, tanpa disertai dengan kegiatan pemotongan binatang kurban seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ditiadakannya pemotongan hewan kurban di dalam kompleks masjid yang berdiri di atas lahan seluas 10.000 meter persegi di Distrik Xicheng itu sebagai bagian dari protokol kesehatan yang harus dijalankan untuk mencegah meluasnya wabah COVID-19.
Seusai shalat Idul Adha, para jamaah berangsur meninggalkan kompleks masjid terbesar dan tertua di Ibu Kota China itu.
Meskipun demikian, umat Islam dari berbagai latar belakang etnis di China itu antusias mengikuti shalat Id. Diperkirakan shalat Id di masjid yang pernah dikunjungi mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Joko Widodo itu mencapai 1.000 orang, termasuk jamaah yang berada di halaman utama masjid dan jamaah perempuan.
Baca juga: Kisah Haji dan Kurban orang-orang China (Bagian 1)
Baca juga: Kisah Haji dan Kurban orang-orang China (Bagian 2 - Habis)
Bahkan Masjid Niujie sudah dipadati jamaah sejak pukul 07.00 waktu setempat (06.00 WIB). Padahal rangkaian shalat Idul Adha dimulai pukul 08.30.
"Saya sudah empat kali shalat Idul Adha di sini," kata Ma Zhi, mahasiswa asal Provinsi Gansu, ditemui ANTARA di Masjid Niujie.
Sejak pagi petugas keamanan dibantu tenaga sukarelawan telah bersiaga di jalan raya depan masjid yang dibangun pada tahun 996 Masehi atau pada era Dinasti Liao.
Dua dari empat lajur jalan raya di tengah komunitas Muslim terpadat di Beijing itu diblokir untuk akses para jamaah.
Sebelum rangkaian shalat Idul Adha dimulai, dewan imam Masjid Niujie dan jajaran pengurus Asosiasi Islam China (CIA) menyanyikan lagu kebangsaan "Yiyongjun Jinxingqu" di halaman dekat pintu masuk.
Seorang imam menyampaikan tausiyah tentang fadilah dan hikmah Idul Adha dengan menggunakan bahasa Mandarin.
Dilanjutkan dengan shalat Id dua rakaat yang dirangkai dengan pembacaan dua khotbah berbahasa Arab oleh seorang khatib dan ditutup dengan doa bersama.
Pada tahun-tahun sebelum pandemi, pemotongan hewan kurban di Masjid Niujie memberikan daya tarik tersendiri. Sesuai tradisi, perayaan Idul Adha di China lebih ramai daripada Idul Fitri dan perayaan hari keagamaan Islam lainnya.
Baca juga: Umat Islam China rayakan Idul Adha pada Selasa
Baca juga: Idul Adha di tengah pandemi: tanpa kurban, amanah pun berkelanjutan
Ditiadakannya pemotongan hewan kurban di dalam kompleks masjid yang berdiri di atas lahan seluas 10.000 meter persegi di Distrik Xicheng itu sebagai bagian dari protokol kesehatan yang harus dijalankan untuk mencegah meluasnya wabah COVID-19.
Seusai shalat Idul Adha, para jamaah berangsur meninggalkan kompleks masjid terbesar dan tertua di Ibu Kota China itu.
Meskipun demikian, umat Islam dari berbagai latar belakang etnis di China itu antusias mengikuti shalat Id. Diperkirakan shalat Id di masjid yang pernah dikunjungi mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Joko Widodo itu mencapai 1.000 orang, termasuk jamaah yang berada di halaman utama masjid dan jamaah perempuan.
Baca juga: Kisah Haji dan Kurban orang-orang China (Bagian 1)
Baca juga: Kisah Haji dan Kurban orang-orang China (Bagian 2 - Habis)
Bahkan Masjid Niujie sudah dipadati jamaah sejak pukul 07.00 waktu setempat (06.00 WIB). Padahal rangkaian shalat Idul Adha dimulai pukul 08.30.
"Saya sudah empat kali shalat Idul Adha di sini," kata Ma Zhi, mahasiswa asal Provinsi Gansu, ditemui ANTARA di Masjid Niujie.
Sejak pagi petugas keamanan dibantu tenaga sukarelawan telah bersiaga di jalan raya depan masjid yang dibangun pada tahun 996 Masehi atau pada era Dinasti Liao.
Dua dari empat lajur jalan raya di tengah komunitas Muslim terpadat di Beijing itu diblokir untuk akses para jamaah.
Sebelum rangkaian shalat Idul Adha dimulai, dewan imam Masjid Niujie dan jajaran pengurus Asosiasi Islam China (CIA) menyanyikan lagu kebangsaan "Yiyongjun Jinxingqu" di halaman dekat pintu masuk.
Seorang imam menyampaikan tausiyah tentang fadilah dan hikmah Idul Adha dengan menggunakan bahasa Mandarin.
Dilanjutkan dengan shalat Id dua rakaat yang dirangkai dengan pembacaan dua khotbah berbahasa Arab oleh seorang khatib dan ditutup dengan doa bersama.
Pada tahun-tahun sebelum pandemi, pemotongan hewan kurban di Masjid Niujie memberikan daya tarik tersendiri. Sesuai tradisi, perayaan Idul Adha di China lebih ramai daripada Idul Fitri dan perayaan hari keagamaan Islam lainnya.
Baca juga: Umat Islam China rayakan Idul Adha pada Selasa
Baca juga: Idul Adha di tengah pandemi: tanpa kurban, amanah pun berkelanjutan
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: