Jakarta (ANTARA News) - Mantan pejudo nasional, Ceto Cosadek (41) berusaha melahirkan atlet berprestasi internasional setelah ditunjuk menjadi Pelatih Pelatnas SEA Games XXVI dan Jakarta Judo Club (JJC).

"Selain menempa atlet Pelatnas SEA Games XXVI, juga melatih dua putri saya sendiri di JJC. Bakat alam yang dimiliki sangat kuat, meski saya tidak pernah menyuruhnya jadi pejudo," ujar Ceto Cosadek di Jakarta, Senin.

Keinginan menekuni olahraga judo kedua putri yaitu Adya A dan Berlin B kata Ceto atas kemauannya sendiri. Dengan begitu tidak menemui kesulitan melatihnya hingga berprestasi internasional saat di turunkan di Intercity di Seoul, Korsel.

Mantan atlet nasional peraih lima medali emas di SEA Games sejak tahun 1987 hingga 1997 di Jakarta sebenarnya sudah menghilangkan diri dari dunia judo.

Ceto merasa sudah tidak dipakai lagi memperkuat tim Merah-Putih di berbagai event internasional. Atas pemikiran itu ia kecewa dan mulai memfokuskan konsentrasinya dengan membuka usaha bengkel mobil.

Usaha bengkel mobil kondisinya naik turun dan tidak stabil. Dari situlah ia bertemu teman-teman pejudo nasional saat ia masih berjaya di tingkat internasional.

Melalui penawaran rekan-rekannya untuk kembali memperhatikan dunia judo di Tanah Air yang prestasi terus mengalami keterpurukan, baik di tingkat nasional maupun regional, ia langsung tertantang lagi terjun ke dunia judo.

"Atas himbauan teman-teman saya tertantang kembali untuk menyalurkan bakat sebagai pelatih di Jakarta Judo Club. Begitu juga saat menangani pejudo pelajar dan tim SEA Games XXVI," ujarnya.

Begitu menempa atlet pelajar Jakarta yang dipromosikan ke Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) di Yogyakarta, tim Pelajar DKI langsung tampil sebagai juara umum dengan meraih 4 emas, 3 perak dan 6 perunggu.

Ketika ia mendapat tawaran menempa atlet Pelatnas SEA Games XXVI Jakarta tahun 2011, Ceto sempat geleng-geleng kepala memantau perkembangan prestasi atlet yang salah sasaran dalam melakukan latihan.

Bila ingin meraih sukses di SEA Games XXVI Jakarta tahun 2011 paparnya, harus dilakukan perombakan dalam memberikan latihan pada atlet yang kini menggunakan Iptek.

Ceto mengatakan, atlet judo Pelatnas SEA Games XXVI segera dikembalikan pada teknik latihan tempo dulu yang menekankan pada motivasi dan mental tanding demi Merah-Putih di pentas internasional.

Begitu juga dengan mengetrapkan teknik bantingan yang menggunakan seni bela diri ketimbang hanya mengandalkan kekuatan belaka. Bila teknik yang dimiliki tidak boleh diterapkan, maka jangan disalahkan prestasi judo nasional prestasinya berjalan di tempat.

Ceto mengatakan, atlet judo tidak perlu diberikan latihan beban seperti angkat barbel, latihan fisik dan teknik lainnya yang tidak berguna bagi atlet saat melakukan pertandingan.

Karena latihan tersebut bisa diterapkan di cabang lain. Namun untuk cabang judo latihan seperti itu salah sasaran. Semua itu pernah dialaminya saat berjaya di pentas SEA Games hingga lima kali menyumbang medali emas bagi Merah-Putih.

Ceto mengatakan latihan memperkuat pergelangan tangan dan menempa teknik serta mental tanding juga diberikan pada dua putrinya yang berlatih di JJC. Dengan harapan dapat mengikuti jejaknya berprestasi di SEA Games hingga Olimpiade.

Ia mengatakan, awalnya belajar judo disuruh dan dibimbing gurunya yaitu Edi Santoso ketika Ceto duduk di kelas III Sekolah Dasar (SD). Dari situlah prestasi yang dimiliki berkembang cepat.

Melalui prestasi yang dimiliki saat usia muda, Ceto selalu tampil juara di kelas berat, baik saat turun di kejuaraan antar klub, daerah, Kejurnas, PON maupun SEA Games.

Strategi menghasilkan prestasi puncak itulah akan diterapkan pada kedua putrinya. Begitu juga pada atlet Pelatnas SEA Games XXVI yang kini melakukan latihan di Ciloto, Jabar.

Kembalinya Ceto turun gunung ke dunia judo lagi tidak lain ingin membuktikan bahwa tekhnik dan strategi yang dimiliki mampu menjadikan pejudo yang berprestasi internasional, seperti yang dialaminya tempo dulu. (ANT/K004)