Jakarta (ANTARA) - Ikatan Alumni Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (IATL ITB) mengatakan bahwa circular city dan eco-tourism bisa manjadi jalan keluar meningkatkan pertahanan Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan sekaligus bisa menumbuhkan sektor pariwisata lokal.

Dalam penerapannya, konsep circular city memerlukan semangat gotong-royong yang sejalan dengan semangat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, kata Ketua IATL ITB Dida Gardera dalam jumpa pers, Senin, terkait "Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) ke-4 yang akan digelar 21-23 Juli 2021.

Dida Gardera mengatakan circular city adalah kota yang menerapkan konsep ekonomi sirkular di mana kota dibangun secara sirkular sehingga dapat menumbuhkan pariwisata karena kondisi kota yang bersahabat dan ramah lingkungan.

Baca juga: Pakar dorong penerapan ekonomi sirkular pada perusahaan bersifat wajib

Konsep dari ekonomi sirkular adalah dengan mengoptimalkan sumber daya dan memperpanjang umur suatu material, dimulai dari desain, digunakan kembali, didaur ulang, dan kembali masuk ke dalam sistem produksi. Sehingga, dapat menekan jumlah material yang dipakai dan jumlah limbah yang tidak dapat dipakai kembali.

"Tentu bukan rahasia umum lagi bahwa pariwisata di kita tantangan terbesarnya adalah permasalahannya lingkungan atau sampah. Nah konsep seperti ini yang coba kami usung," ujar Dida.

Circular city ini mentransformasikan ekonomi linear menjadi ekonomi sirkular, di mana perubahan ini perlu dilakukan karena ekonomi linear memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Dengan membangun kota dengan konsep sirkuler ekonomi, maka dapat menumbuhkan pariwisata.

Tingginya timbunan sampah nasional, krisisnya lahan untuk lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, serta tingkat daur ulang sampah yang relatif masih kecil menjadi tantangan bagi Indonesia. Hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta masyarakat.

Baca juga: Menperin: Ekonomi sirkular berangkat dari pengelolaan sampah plastik

Dengan diterapkannya circular city di Indonesia maka akan menjadi solusi untuk permasalahan yang ada, tidak hanya pada masalah lingkungan, namun juga pada masalah ekonomi dan sosial.

Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni ITB, Ir. Gembong Primadjaja, mengatakan memberikan dukungan terhadap penerapan circular city. Penerapan ekonomi sirkular sendiri berkaitan dengan masalah teknologi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

"Jika manusia berperan sebagai agen perubahan, maka teknologi merupakan faktor pendukungnya. Perkembangan yang holistik antara manusia dan teknologi menjadi suatu hal yang menarik untuk ditilik, dan bisa diterapkan langsung ke dalam circular economy," kata Gembong.

Pemaparan mengenai ekonomi sirkular dan kota sirkular akan dibahas lebih dalam Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) yang berlangsung secara virtual pada 21-23 Juli 2021. Ikatan Alumni Teknik Lingkungan (IATL) ITB bersama dengan Rethinking Plastics pun akan mengisi sesi pengelolaan sampah, Circular City dan Eco-tourism di Indonesia.

IATL-ITB sendiri telah mendukung program-program di Kota Bandung yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan dan circular city. Dukungan diberikan dalam bentuk berpartisipasi dan memberikan bantuan dalam beberapa program, seperti forum Bandung Juara Bebas Sampah, Citarum Harum, Kangpisman, Kawasan Bebas Sampah, dan ITB Eco-campus. Hal ini wujud dari pengabdian IATL ITB terhadap kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: Pemerintah siapkan insentif untuk industri daur ulang

Baca juga: Pakar: Implementasi ekonomi sirkular butuh keterlibatan masyarakat