Jakarta (ANTARA News)- Bingung tentang masa depan hubungan Anda dengan pasangan? Tersenyumlah karena para ilmuwan telah menemukan sebuah cara yang akurat untuk meramal masa depan sebuah pasangan.

Para peneliti dari University of Rochester, Amerika Serikat, berhasil menentukan apakah sebuah pasangan akan tetap bersama dalam satu tahun ke depan, demikian kutip The Telegraph, Kamis (7/10).

Para peneliti itu menggunakan semacam permainan kata-kata untuk secara akurat menentukan komitmen pasangan pada satu sama lain. Mereka mencobanya pada lebih dari 50 pasangan.

Uji coba itu menggunakan teknik psikologi untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya dipikirkan seseorang tentang pasangannya dengan melihat seberapa mudah mereka menghubungkan pasangan mereka dengan kata-kata yang berkonotasi positif atau negatif.

Jika seseorang merasa lebih mudah untuk secara otomatis menghubungkan kata-kata yang menyenangkan dengan kekasih hati mereka, maka pasangan itu akan tetap setia bersama.

Dari 116 peserta yang ambil bagian dalam penelitian itu, 19 pasangan akhirnya putus atau setara dengan 16 persen dari keseluruhan. Hasil itu telah diprediksi oleh tim.

"Orang yang mempertunjukkan perasaan yang negatif kepada pasangan mereka mempunyai kemungkinan tujuh kali lebih tinggi untuk berpisah dalam waktu setahun kemudian," kata Professor Ronald Rogge, ketua penelitian itu.

Dalam percobaan itu para sukarelawan diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tentang hubungan mereka sembari menjalankan ujian asosiasi kata.

Seperti yang diperkirakan, 'kebusukan dalam hubungan' memang selalu tersembunyi.

"Yang sangat menarik perhatian saya dari hasil itu adalah, perhitungan kami dalam memprediksi hasil ternyata lebih tepat ketimbang yang mereka sampaikan kepada kami," papar Rogge lagi.

Penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan menghadapi kesulitan untuk menentukan seberapa besar kepuasan seseorang terhadap hubungannya karena mereka cenderung mengungkapkan informasi yang berbeda kepada para peneliti.

Menurut Rogge kesulitannya bukan karena orang merasa tahu tentang hidup mereka lalu berusaha menunjukkan betapa bahagianya mereka.

"Yang terburuk adalah sebagian besar orang tidak mau memberitahu Anda bahwa mereka mulai tak bahagia," ungkap Rogge.

Para peneliti percaya bahwa uji coba baru yang menggunakan asosiasi kata dan batas waktu bisa memberitahu perasaan para pasangan yang ikut serta dalam penelitan mereka.

"Penelitian itu memberi kami sedikit celah untuk mengintip bagaiamana perasaan orang tentang pasangan mereka, memberi kita informasi yang mereka coba sembunyikan," tukas Rogge.

Pengujian itu mendasarkan pada teknik yang sering digunakan untuk menentukan rasisme atau bias dalam penelitian, kedua hal itu adalah yang sering disembunyikan atau tidak diakui orang ketika berhadapan dengan peneliti.

Para sukarelawan dalam percobaan itu diminta untuk melihat monitor yang menayangkan tiga tipe kata. Pertama kata-kata yang berkonotasi baik seperti 'damai' atau 'berbagi', lalu kata-kata berkonotasi negatif seperti 'kematian' atau 'tragedi', dan yang terakhir nama pasangan mereka.

Para peserta penelitian diminta untuk menekan tombol spasi jika melihat baik kata yang baik maupun kata yang buruk atau ketika melihat nama pasangan mereka.
(Ber/A038/ART)