Dirut Danamon cerita tentang suku bunga simpanan di Jepang nol persen
16 Juli 2021 17:18 WIB
Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) Yasushi Itagaki (paling kanan) bersama para Direksi di Jakarta. ANTARA/HO-Humas Bank Danamon/am.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) Yasushi Itagaki mengatakan, berbeda dengan bank di Indonesia, bank di Jepang menawarkan suku bunga tabungan nol persen, bahkan minus.
Pria yang biasa disapa Yas itu dalam bincang virtual di Jakarta, Jumat, menjelaskan bank di Jepang tidak memberikan suku bunga tabungan tinggi karena warga di sana tidak banyak mengambil pinjaman meski bunganya kecil.
Oleh karena itu, perbankan pun tidak memerlukan cadangan uang dalam jumlah besar yang biasanya didapatkan dengan memberi penawaran menarik agar nasabah mau menyimpan uang di bank.
Baca juga: Bank Danamon fokus kembangkan layanan digital di tengah COVID-19
"Perbankan di Jepang sudah matang dan operasionalnya juga mulai menyusut, jadi bunga tabungan yang ditawarkan Jepang nol persen atau minus,” kata Yas yang berasal dari Jepang.
Menurut dia, warga Jepang yang memiliki uang dalam jumlah besar biasanya menginvestasikan uangnya, antara lain ke dalam deposito, daripada menyimpannya di bank. Hal ini berbeda dari warga Indonesia yang masih senang menyimpan uang di bank dalam jumlah besar.
Dengan kondisi seperti itu, pihak perbankan di Jepang pun menghadapi tantangan yang lebih besar dari sisi penyaluran kredit daripada perbankan di Indonesia yang masih terus berkembang.
"Kami melihat tantangan fundamental di Jepang lebih sulit. Perbankan di Indonesia juga lebih menguntungkan dan memberi lebih banyak kesempatan,” ujarnya.
Melalui pengembangan Bank Danamon, Yas juga ingin terus berkontribusi terhadap kesejahteraan warga Indonesia dan tidak sekadar mengambil keuntungan dari nasabah.
Baca juga: Danamon dan Manulife perkuat kerja sama hingga 2036
Untuk itu, ia mengatakan Bank Danamon akan turut meningkatkan literasi digital anak muda di Indonesia sekaligus untuk menarik lebih banyak generasi milenial menjadi nasabah.
Saat ini, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 76,19 persen.
Yas pun berpandangan penting bagi anak muda memahami literasi digital supaya kehidupan mereka lebih baik.
Baca juga: Bank Danamon bagikan dividen Rp145,87 per lembar saham
Baca juga: Bank Danamon bukukan laba bersih Rp4,07 triliun pada 2019
Pria yang biasa disapa Yas itu dalam bincang virtual di Jakarta, Jumat, menjelaskan bank di Jepang tidak memberikan suku bunga tabungan tinggi karena warga di sana tidak banyak mengambil pinjaman meski bunganya kecil.
Oleh karena itu, perbankan pun tidak memerlukan cadangan uang dalam jumlah besar yang biasanya didapatkan dengan memberi penawaran menarik agar nasabah mau menyimpan uang di bank.
Baca juga: Bank Danamon fokus kembangkan layanan digital di tengah COVID-19
"Perbankan di Jepang sudah matang dan operasionalnya juga mulai menyusut, jadi bunga tabungan yang ditawarkan Jepang nol persen atau minus,” kata Yas yang berasal dari Jepang.
Menurut dia, warga Jepang yang memiliki uang dalam jumlah besar biasanya menginvestasikan uangnya, antara lain ke dalam deposito, daripada menyimpannya di bank. Hal ini berbeda dari warga Indonesia yang masih senang menyimpan uang di bank dalam jumlah besar.
Dengan kondisi seperti itu, pihak perbankan di Jepang pun menghadapi tantangan yang lebih besar dari sisi penyaluran kredit daripada perbankan di Indonesia yang masih terus berkembang.
"Kami melihat tantangan fundamental di Jepang lebih sulit. Perbankan di Indonesia juga lebih menguntungkan dan memberi lebih banyak kesempatan,” ujarnya.
Melalui pengembangan Bank Danamon, Yas juga ingin terus berkontribusi terhadap kesejahteraan warga Indonesia dan tidak sekadar mengambil keuntungan dari nasabah.
Baca juga: Danamon dan Manulife perkuat kerja sama hingga 2036
Untuk itu, ia mengatakan Bank Danamon akan turut meningkatkan literasi digital anak muda di Indonesia sekaligus untuk menarik lebih banyak generasi milenial menjadi nasabah.
Saat ini, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 76,19 persen.
Yas pun berpandangan penting bagi anak muda memahami literasi digital supaya kehidupan mereka lebih baik.
Baca juga: Bank Danamon bagikan dividen Rp145,87 per lembar saham
Baca juga: Bank Danamon bukukan laba bersih Rp4,07 triliun pada 2019
Pewarta: Sanya Dinda Susanti/Satyagraha
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021
Tags: