Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi Facebook tengah mencoba menggandeng negara Inggris dan para penegak hukumnya untuk membantu mendukung penyelidikan terhadap ujaran rasisme daring yang baru terjadi kepada pemain sepak bola Inggris menyusul kekalahannya dari Italia di final Euro 2020.

Atlet berkulit hitam di dalam tim Inggris rupanya menerima berbagai ujaran rasisme yang dilakukan secara daring oleh masyarakat yang tidak menerima kekalahan Inggris di ajang kompetisi sepak bola global itu.

Melansir Reuters, Jumat, keinginan untuk memburu para pelaku ujaran kebencian itu semakin kuat mengingat tokoh- tokoh besar seperti kapten tim skuad Inggris, bangsawan, hingga tokoh politik mengecam keras para pelaku perundungan daring itu.

Para penegak hukum yang saat ini tengah menjalani diskusi bersama Facebook di antaranya Dewan Kepolisian Nasional Inggris, Unit Kepolisian Sepak Bola Dalam Negeri, dan pasukan setempat.

Diskusi dilakukan untuk dapat memetakan kondisi dan situasi serta dapat mendukung penyelidikan aktif sehingga memastikan data yang diajukan merupakan valid.

Sebelumnya, pada Rabu (14/7) Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan pada para pelaku ujaran kebencian daring itu akan mendapatkan hukuman berupa larangan menghadiri permainan sepak bola jika terbukti bersalah.

Boris juga menyebut akan mendenda aplikator karena gagal menghapus konten bernada rasial itu.

Facebook dan Twitter termasuk dalam daftar yang mendapatkan kecaman denda karena telah gagal menghapus konten bermuatan negatif itu dan alhasil informasi tidak baik itu tersebar secara global.

Padahal Facebook cukup ketat melarang ujaran kebencian lewat aplikasinya karena menurut klaimnya mereka telah menghapus 25 juta unggahan ujaran kebencian di Facebook dan 6 juta unggahan di Instagram selama kuartal pertama 2021.

Baca juga: Facebook akan berinvestasi 1 miliar dollar AS untuk konten kreator

Baca juga: Jelang Hari Anak Nasional, Facebook gelar kampanye keamanan siber

Baca juga: Microsoft beri karyawan bonus pandemi Rp22 juta