Sri Mulyani: Sinergi fiskal dan moneter minimalkan risiko global ke RI
15 Juli 2021 14:23 WIB
Arsip foto - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat menjadi pembicara utama pada Webinar Tax Reform in The Digital Age : Challenges and Opportunities yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Kamis (8/7/2021). ANTARA/HO-Kemenkeu/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan sinergi yang kuat antara pengelola fiskal, moneter dan sektoral telah dapat meminimalkan dampak risiko global terhadap perekonomian nasional.
“Sehingga stabilitas ekonomi makro di dalam negeri tetap terjaga,” katanya dalam Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menjelaskan bentuk sinergi tersebut adalah melalui pemberian stimulus ekonomi dan keuangan yang utamanya diarahkan untuk menangani kesehatan serta memulihkan perekonomian nasional.
Pemerintah bergerak cepat dengan menjalankan program penanganan pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).
Di dalamnya termasuk kerja sama antara pemerintah dengan Bank Indonesia dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) khusus melalui skema burden sharing yang digunakan untuk pendanaan upaya-upaya pemulihan.
Ia menyebutkan salah satu hasil dari sinergi ini tercermin dari kontraksi ekonomi 2020 yang mampu ditahan di angka minus 2,07 persen sehingga Indonesia menjadi negara yang memiliki level moderat terdampak COVID-19.
Terlebih lagi, data Asian Development Outlook pada April 2021 mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 relatif lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara di Asia Tenggara yang berada pada angka minus 4 persen.
Dengan kinerja pertumbuhan ekonomi 2020 tersebut maka angka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu mencapai Rp15.434,2 triliun atau sedikit lebih rendah dibandingkan 2019 sebesar Rp15.833,9 triliun.
Tak hanya itu, kebijakan pemerintah untuk penanganan COVID-19 turut berdampak pada terdorongnya tingkat inflasi 2020 yang bergerak relatif rendah sebesar 1,68 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan 2019 yang mencapai 2,72 persen.
Baca juga: Pemerintah cermati dampak PPKM Darurat terhadap ekonomi
Baca juga: Mendag perkuat pemulihan ekonomi nasional saat kunker ke AS
Baca juga: Sri Mulyani: APBN instrumen efektif hadapi COVID dan pulihkan ekonomi
“Sehingga stabilitas ekonomi makro di dalam negeri tetap terjaga,” katanya dalam Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menjelaskan bentuk sinergi tersebut adalah melalui pemberian stimulus ekonomi dan keuangan yang utamanya diarahkan untuk menangani kesehatan serta memulihkan perekonomian nasional.
Pemerintah bergerak cepat dengan menjalankan program penanganan pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).
Di dalamnya termasuk kerja sama antara pemerintah dengan Bank Indonesia dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) khusus melalui skema burden sharing yang digunakan untuk pendanaan upaya-upaya pemulihan.
Ia menyebutkan salah satu hasil dari sinergi ini tercermin dari kontraksi ekonomi 2020 yang mampu ditahan di angka minus 2,07 persen sehingga Indonesia menjadi negara yang memiliki level moderat terdampak COVID-19.
Terlebih lagi, data Asian Development Outlook pada April 2021 mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 relatif lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara di Asia Tenggara yang berada pada angka minus 4 persen.
Dengan kinerja pertumbuhan ekonomi 2020 tersebut maka angka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu mencapai Rp15.434,2 triliun atau sedikit lebih rendah dibandingkan 2019 sebesar Rp15.833,9 triliun.
Tak hanya itu, kebijakan pemerintah untuk penanganan COVID-19 turut berdampak pada terdorongnya tingkat inflasi 2020 yang bergerak relatif rendah sebesar 1,68 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan 2019 yang mencapai 2,72 persen.
Baca juga: Pemerintah cermati dampak PPKM Darurat terhadap ekonomi
Baca juga: Mendag perkuat pemulihan ekonomi nasional saat kunker ke AS
Baca juga: Sri Mulyani: APBN instrumen efektif hadapi COVID dan pulihkan ekonomi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: