Seoul (ANTARA) - Korea Selatan (Korsel) pada Kamis mengirim tim medis ke Timur Tengah untuk menangani wabah COVID-19 di sebuah kapal militer yang tengah melakukan patroli anti pembajakan, sementara rekor baru penambahan kasus masih membayangi negara itu.

Korsel selama berbulan-bulan berhasil mengendalikan COVID-19 dengan pengujian, penelusuran, dan pembatasan sosial, namun varian Delta telah memicu gelombang baru dalam beberapa pekan terakhir.

Wabah yang muncul di kapal berawak 300 orang saat bertugas di Teluk Aden itu menjadi masalah baru bagi pemerintahan Presiden Moon Jae-in.

Baca juga: Infeksi COVID di Korsel melandai

Moon telah memerintahkan ahli-ahli kesehatan dengan peralatan darurat untuk terbang ke lokasi guna mengendalikan wabah dan mengevakuasi pasien jika diperlukan, kata juru bicara kepresidenan Park Kyung-mee.

Kantor berita Yonhap, mengutip Kepala Staf Gabungan, mengatakan enam kru kapal terkonfirmasi positif COVID-19, sementara sekitar 80 kru lainnya telah menunjukkan gejala. Tak seorang pun di kapal itu yang sudah menjalani vaksinasi, kata Yonhap.

Kementerian pertahanan menolak berkomentar, tapi mengatakan sedang menyiapkan pernyataan terkait hal itu.

Korsel telah mencatat 173.511 kasus COVID-19 dengan 2.050 kematian selama pandemi, menurut data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA).

Baca juga: Korsel catat rekor tertinggi ketiga berturut-turut kasus baru COVID

Baru sekitar 30,8 persen dari populasinya yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, sementara 12 persen sudah menjalani vaksinasi lengkap.

Klaster penularan banyak ditemukan di ibu kota Seoul dan sekitarnya, namun kasus infeksi telah menyebar ke lebih banyak daerah pedesaan, yang menambah kekhawatiran tentang sebaran varian Delta.

Pemerintah telah memperketat aturan pembatasan sosial di sebagian besar wilayah pada Rabu, ketika otoritas melaporkan rekor harian yang mencapai 1.615 kasus.

KDCA telah melaporkan 1.000 atau lebih kasus baru sejak 7 Juli dan otoritas setempat memperkirakan tren kenaikan akan berlangsung hingga pertengahan Agustus.

Namun, belum dilaporkan ada peningkatan jumlah pasien yang dirawat atau jumlah kematian. Pada Rabu, tingkat kematian berada di angka 1,18 persen dan kasus parah berjumlah 167, jauh di bawah level yang tercatat selama gelombang pertama pada Desember lalu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Korsel perketat pembatasan COVID-19 di sebagian besar wilayah
Baca juga: Kasus harian COVID-19 Korsel tembus 1.000 sepekan terakhir