Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi perekonomian Sumatera untuk keseluruhan tahun 2021 akan mengalami akselerasi pertumbuhan yang ditopang oleh perbaikan kinerja di hampir seluruh lapangan usaha.

"Ekonomi Sumatera secara keseluruhan tahun akan mengalami sedikit akselerasi dengan peluang perbaikan harga komoditas utama," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Soekowardojo dalam Webinar Sumatranomics, Kamis.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera, lanjutnya, juga ditopang oleh kondisi cuaca yang mendukung untuk meningkatkan produktivitas sawit dan karet, serta implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment) yang mendorong kinerja MICE dan pariwisata domestik.

Baca juga: Menparekraf: Desa wisata jadi lokomotif kebangkitan ekonomi nasional

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diprediksi naik 48,3 persen (yoy) ditopang perbaikan ekonomi yang diperkirakan akan mendorong peningkatan daya bel, mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan pada 2021 dan berlanjutnya beberapa program PEN stimulus pemerintah.

Investasi PMTB juga diprediksi tumbuh 31,8 persen (yoy) seiring peningkatan target realisasi investasi Jalan Tol Trans Sumatera setelah terkendalinya beberapa ruas pada 2021 karena pandemi dan selanjutnya proyek multiyear swasta terkait pembangkit listrik pembangunan pabrik baru dan lainnya. Begitu juga dengan konsumsi pemerintah yang diprediksi tumbuh 7,1 persen (yoy)

"Net eskpor naik 11,1 persen (yoy) ditopang peningkatan permintaan dan harga komoditas migas, CPO, batubara, plup and paper, elektronik, karet serta timah yang mendorong ekspor Sumatera," jelasnya.

Baca juga: Airlangga: Manfaatkan pertumbuhan ekonomi dengan akselerasi investasi

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sumatera didukung oleh sektor pertanian yang tumbuh 23,4 persen (yoy). Pertumbuhan ini dikarenakan ada peningkatan luas lahan kebun kelapa sawit baru yang diprediksi mendorong produksi dan hasil mature replanting yang diprediksi meningkatkan hasil produksi perkebunan.

Kemudian sektor industri diprediksi tumbuh 21,1 persen (yoy) melalui pulihnya permintaan CPO global dan program B30 serta tren peningkatan harga komoditas perkebunan.

Begitu juga dengan sektor perdagangan konstruksi dan tambang yang masing-masing diprediksi tumbuh 12,6 persen, 10,8 persen dan 10,6 persen.

Kendati demikian, Soekowardojo menyampaikan akselerasi pertumbuhan dapat terhambat apabila implementasi program vaksin dan proses yang tidak sebaik ekspektasi, kasus COVID-19 yang masih meningkat di global dan domestik, hingga pelaksanaan program pemulihan yang tidak secepat harapan.

"Sehingga berdampak pada pelemahan permintaan domestik dan terhambatnya pelaksanaan program pemulihan disamping adanya PPKM darurat," tuturnya.

Perekonomian Sumatera pada triwulan I tercatat mengalami perbaikan meski masih terkontraksi yakni sebesar 0,86 persen, naik dibandingkan triwulan sebelumnya minus 2,21 persen.

Ekonomi Sumatera pada triwulan II menunjukkan pertumbuhan ke arah yang positif meskipun masih terbatas. Perbaikan tersebut ditopang oleh pelonggaran aktivitas dan mobilitas masyarakat pada Ramadhan dan Idul Fitri, harga komoditas yang menguat serta mulai pulihnya demand global yang mendorong ekspor impor.