Jakarta (ANTARA) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia mengenalkan Pancasila melalui ribuan aneka permainan rakyat kepada anak didik di Tanah Air.
"Sebetulnya dari permainan tradisional pun kita sudah belajar Pancasila," kata Deputi Pengendalian dan Evaluasi BPIP Dr Rima Agristina di Jakarta, Rabu.
Dari ribuan aneka permainan tradisional tersebut, Rima mencontohkan permainan bola lima dan gasing yang dikonsep atau dikaitkan dengan butir-butir Pancasila.
Menurut dia, masing-masing bola tersebut diberi gambar atau lambang setiap butir Pancasila, yakni pohon beringin, padi dan kapas, bintang, rantai emas dan kepala banteng.
Baca juga: BPIP: Patuhi prokes bagian dari implementasi nilai Pancasila
Aneka permainan rakyat tersebut, katanya, diberikan atau dikenalkan kepada setiap satuan pendidikan mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD).
Dalam upaya mengenalkan Pancasila, kata dia, BPIP dan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia tidak hanya memacu pengetahuan anak tentang permainan tetapi mengasah kemampuan mereka terkait kreativitas anak bangsa.
"Jadi kita bukan hanya mengenalkan Pancasila tetapi juga mengangkat kreativitas perekonomian masyarakat," ujar Rima.
Baca juga: BPIP: Kurang percaya pada NKRI penyebab masyarakat mudah terprovokasi
Lebih jauh dari itu, katanya, BPIP memiliki tujuan supaya bangsa Indonesia berpihak kepada kekayaan bangsa sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara.
Tidak hanya melalui permainan tradisional, upaya mengenalkan kekayaan bangsa bisa dilakukan dengan membumikan aneka kuliner tradisional hingga fesyen misalnya batik dan kebaya.
"Ayo kita penuhi tempat wisata dengan kekayaan budaya kita sendiri," ujarnya.
Baca juga: BPIP siapkan standar materi pembinaan ideologi Pancasila bagi hakim
BPIP-Komite Olahraga Tradisional kenalkan Pancasila melalui permainan
14 Juli 2021 12:52 WIB
Tangkapan layar Deputi Pengendalian dan Evaluasi BPIP Dr Rima Agristina. ANTARA/Muhammad Zulfikar.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: