3.681 OTG warga Boyolali-Jateng sedang jalani isolasi mandiri
14 Juli 2021 12:06 WIB
Petugas tenaga kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) lengkap saat mengecek salah satu warga OTG di tempat isolasi terpusat Bangsa Brotowali III gedueng PGRI Desa Karanggeneng Boyolali, jateng, Senin (12/7/2021). ANTARA/HO Humas Pemkab Boyolali.
Boyolali, Jateng (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menyatakan jumlah warga di daerah itu yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing karena masuk orang tanpa gelaja (OTG) COVID-19 sebanyak 3.681 kasus, tersebar di 22 kecamatan.
"Berdasarkan perkembangan data kasus COVID-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, hingga Selasa (13/7), malam, jumlah pasien OTG yang menjalani isoman sebanyak 3.681 kasus," kata Kepala Dinkes Boyolali dr Ratri S Survivalina, di Boyolali, Rabu.
Menurut dia jumlah pasien COVID-19 di Boyolali yang masih menjalani perawatan di rumah sakit ada 345 kasus sehingga total kasus aktif sebanyak 4.026 kasus.
Pemkab Boyolali dengan terus naiknya kasus OTG tersebut sudah menyiapkan beberapa lokasi Isolasi terpusat, tetapi tidak semua warga OTG mau dipindahkan ke lokasi yang disediakan oleh pemerintah itu. Padahal, isolasi dengan fasilitas dan tenaga kesehatan cukup.
Selain itu, petugas "Jogo Tonggo" di tingkat desa hingga RT juga meyakinkan dapat mengurus warganya yang OTG secara mandiri.
Warga yang OTG dan kini sudah selesai isolasi atau dinyatakan sembuh dari COVID-19 juga bertambah sebanyak 177 kasus sehingga totalnya menjadi 12.733 kasus atau 72.9 persen dan yang meninggal dunia karena terpapar ada 718 kasus atau 4,1 persen, kata Ratri S Survivalina.
Sementara itu Camat Boyolali Kota Gatot Murdiyanto mengatakan ada 592 warganya yang menjalani isoman di rumah masing-masing. Meski sudah diarahkan dan difasilitasi pemindahan tempat isoman ke Asrama Haji Donohudan (AHD), Ngemplak, tidak semua mereka yang OTG mau.
Bahkan, warganya yang OTG ada yang bersikukuh memilih isoman di rumah masing-masing dengan mengandalkan petugas Jogo tonggo di tingkat desanya.
Ia menjelaskan jumlah warga OTG selama ini, baru 17 orang mau dipindahkan ke isolasi terpusat di AHD, pada Minggu (11/7), yakni asali Dukuh Tegalsari RT 02 RW 07, Siswodipuran ada 11 orang, dan dari Dukuh Gatak Mudal RT 02 RW 05 ada enam orang. Sedangkan yang menjalani isoman di rumah masing-masing ada 592 orang di 236 RT di Kecamatan Boyolali Kota.
Menurut dia total kasus terpapar positif COVID-19 di Boyolali Kota sendiri mencapai 619, dengan rincian 596 OTG menjalani isoman dan 27 orang menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) rujukan. Tingginya kasus paparan diduga karena tingkat kesadaran masyarakat untuk testing dan tracing sangat tinggi.
Namun, lanjut dia, banyak warga OTG yang enggan dipindahkan ke lokasi isolasi terpusat, baik AHD maupun Bangsal Brotowali III di gedung PGRI Boyolali yang telah disiapkan. Pemkab Boyolali juga telah menyediakan satu bus dan satu minibus yang parkir di halaman Kantor Kecamatan Boyolali untuk menjemput warga OTG.
Hal tersebut karena banyak Jogo Tonggo atau Satgas PPKM Mikro di tingkat RT yang menolak warganya dijemput untuk isolasi terpusat. Satgas Jogo Tonggo menyatakan masih sanggup merawat tetangga sanak saudaranya selama isolasi mandiri di rumah. Mereka gotong-royong dan ditanggung bersama menangani warga OTG di lingkungan masing-masing.
"Namun, tim Satgas PPKM Mikro RT akan mengevaluasi apakah rumah warga yang OTG masih layak untuk isoman. Jika tim Satgas PPKM Mikro RT merasa masih mampu melaksanakan Jogo Tonggo secara mandiri, maka tidak dilakukan penjemputan," katanya.
Pihaknya dalam penanganan isolasi terpusat tersebut lebih mengedepankan kondisi psikologis pasien OTG. Karena bisa mempengaruhi imunitas pasien tersebut.
"Berdasarkan perkembangan data kasus COVID-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, hingga Selasa (13/7), malam, jumlah pasien OTG yang menjalani isoman sebanyak 3.681 kasus," kata Kepala Dinkes Boyolali dr Ratri S Survivalina, di Boyolali, Rabu.
Menurut dia jumlah pasien COVID-19 di Boyolali yang masih menjalani perawatan di rumah sakit ada 345 kasus sehingga total kasus aktif sebanyak 4.026 kasus.
Pemkab Boyolali dengan terus naiknya kasus OTG tersebut sudah menyiapkan beberapa lokasi Isolasi terpusat, tetapi tidak semua warga OTG mau dipindahkan ke lokasi yang disediakan oleh pemerintah itu. Padahal, isolasi dengan fasilitas dan tenaga kesehatan cukup.
Selain itu, petugas "Jogo Tonggo" di tingkat desa hingga RT juga meyakinkan dapat mengurus warganya yang OTG secara mandiri.
Warga yang OTG dan kini sudah selesai isolasi atau dinyatakan sembuh dari COVID-19 juga bertambah sebanyak 177 kasus sehingga totalnya menjadi 12.733 kasus atau 72.9 persen dan yang meninggal dunia karena terpapar ada 718 kasus atau 4,1 persen, kata Ratri S Survivalina.
Sementara itu Camat Boyolali Kota Gatot Murdiyanto mengatakan ada 592 warganya yang menjalani isoman di rumah masing-masing. Meski sudah diarahkan dan difasilitasi pemindahan tempat isoman ke Asrama Haji Donohudan (AHD), Ngemplak, tidak semua mereka yang OTG mau.
Bahkan, warganya yang OTG ada yang bersikukuh memilih isoman di rumah masing-masing dengan mengandalkan petugas Jogo tonggo di tingkat desanya.
Ia menjelaskan jumlah warga OTG selama ini, baru 17 orang mau dipindahkan ke isolasi terpusat di AHD, pada Minggu (11/7), yakni asali Dukuh Tegalsari RT 02 RW 07, Siswodipuran ada 11 orang, dan dari Dukuh Gatak Mudal RT 02 RW 05 ada enam orang. Sedangkan yang menjalani isoman di rumah masing-masing ada 592 orang di 236 RT di Kecamatan Boyolali Kota.
Menurut dia total kasus terpapar positif COVID-19 di Boyolali Kota sendiri mencapai 619, dengan rincian 596 OTG menjalani isoman dan 27 orang menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) rujukan. Tingginya kasus paparan diduga karena tingkat kesadaran masyarakat untuk testing dan tracing sangat tinggi.
Namun, lanjut dia, banyak warga OTG yang enggan dipindahkan ke lokasi isolasi terpusat, baik AHD maupun Bangsal Brotowali III di gedung PGRI Boyolali yang telah disiapkan. Pemkab Boyolali juga telah menyediakan satu bus dan satu minibus yang parkir di halaman Kantor Kecamatan Boyolali untuk menjemput warga OTG.
Hal tersebut karena banyak Jogo Tonggo atau Satgas PPKM Mikro di tingkat RT yang menolak warganya dijemput untuk isolasi terpusat. Satgas Jogo Tonggo menyatakan masih sanggup merawat tetangga sanak saudaranya selama isolasi mandiri di rumah. Mereka gotong-royong dan ditanggung bersama menangani warga OTG di lingkungan masing-masing.
"Namun, tim Satgas PPKM Mikro RT akan mengevaluasi apakah rumah warga yang OTG masih layak untuk isoman. Jika tim Satgas PPKM Mikro RT merasa masih mampu melaksanakan Jogo Tonggo secara mandiri, maka tidak dilakukan penjemputan," katanya.
Pihaknya dalam penanganan isolasi terpusat tersebut lebih mengedepankan kondisi psikologis pasien OTG. Karena bisa mempengaruhi imunitas pasien tersebut.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: