Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, Indonesia memiliki sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai yang juga akan mendukung kendaraan listrik.

Kesembilan perusahaan itu yakni lima perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain; serta empat perusahaan adalah produsen baterai.

"Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur kendaraan listrik atau Electric Vehichle (EV), hingga daur ulang EV," kata Menperin saat menghadiri Investor Daily Summit 2021 secara virtual di Jakarta, Rabu.

Menperin menjelaskan, pemerintah Indonesia mendorong industri transportasi melalui Rencana Pengembangan Industri Nasional, yang menetapkan visinya untuk menjadi pemain utama dalam industri otomotif global. Industri Alat Transportasi Menjadi Prioritas dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035.

Indonesia menetapkan Roadmap Pengembangan EV melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal. Indonesia menargetkan untuk mengembangkan Industri Komponen Utama EV (Baterai, Motor Listrik dan Inverter).

Menurut Agus, permintaan untuk EV secara global di dunia ini diperkirakan terus meningkat dan mencapai sekitar 55 juta EVs di 2040.

"Pertumbuhan itu mengarah pada peningkatan kebutuhan lithium ion (LIB) baterai dan diperkirakan pada tahun 2030 akan ada kapasitas lebih dari 500 GWh untuk EV ini," ujar Agus.

Meningkatnya penggunaan baterai juga mendorong peningkatan bahan bakunya yakni nikel, kobalt, litium, dan mangan.

Menperin menilai, dalam posisi tertentu, pemilik sumber bahan baku baterai ini nantinya akan memegang peranan yang sangat penting.

Mengingat Indonesia adalah pasar penjualan dan produksi otomotif terbesar di ASEAN dalam bisnis otomotif dan diproyeksikan akan tumbuh 2 juta produksi pada 2025, maka hal itu bisa menjadi peluang untuk mengembangkan EV.

Dengan demikian, baterai akan menjadi komponen paling berharga dalam EV, yang mewakili 35 persen dari biaya pembuatan EV.

Adapun keunggulan utama dari manufaktur EV di Indonesia adalah baterai yang terbuat dari Baterai Lithium Ion berbasis nikel.

"Hal ini didukung oleh kemampuan Indonesia dalam menyediakan sumber daya karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar secara global," kata Menperin.

Baca juga: Kemenperin akselerasi ekosistem industri baterai kendaraan listrik

Baca juga: Adopsi baterai kendaraan listrik beri manfaat ekonomi Rp9.603 triliun