Islamabad (ANTARA News) - Pakistan hanya akan membuka kembali satu rute pasokan untuk pasukan koalisi di Afghanistan apabila kemarahan publik terhadap serangan NATO mereda dan keamanan membaik, kata juru bicara kementerian luar negeri, Ahad.

Para gerilyawan, Sabtu mengancam akan melancarkan serangan kembali terhadap truk-truk tangki yang mengangkut bahan bakar minyak ke Afghanistan melalui rute-rute Pakistan untuk membalas serangan-serangan udara itu, setelah membakar 36 kendaraan.

"Jika reaksi tidak mereda dan kami tidak yakin jalur pasokan itu aman, kami tidak dapat membuka kembali rute itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Abdul Basit.

"Ini hanyalah alasan-alasan keamanan. Tidak ada kerangka waktu. Saya kira pembukaan harus dilakukan segera."

Marah akibat serangan berulag-ulang oleh helikopter-helikopter NATO dalam pekan lalu, Pakistan memblokir rute pasokan untuk pasukan NATO di Afghanistan setelah serangan-serangan seperti itu menwaskan tiga tentara Pakistan, Kamis di daerah Kurram, Pakistan barat laut.

Serangan-serangan NATO itu dan penutupan rute pasokan itu, kini memasuki hari keempat, telah meningkatkan ketegangan antara Amerika Serikat dan Pakistan, sekutu lama yang sering tidak tenang.

Satu penyelidikan gabungan Pakistan dan NATO tentang insiden itu telah dimulai, kata seorang perwira militer Pakistan.

"Dalam situasi seperti itu, mengizinkan truk-truk ini melakukan perjalanan mereka akan mengundang serangan-serangan lagi jadi tidak perlu tergesa-gesa," kata perwira itu.

Korban sipil akibat serangan rudal pesawat-pesawat yang dioperasikan Badan Intelijen Pusat AS (CIA), membuat geram banyak warga Pakistan dan membuat lebih sulit bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat.

CIA meningkatkan serangan-serangan pesawat kecil terhdaap para gerilyawan Al Qaida dan Taliban di Pakista barat laut, dengan 21 serangan dalam September saja, terbanyak dalam satu bulan.

Dua serangan pesawat lagi, Sabtu menewaskan 18 gerilyawn, kata para pejabat intelijen Pakistan. Seperti biasa dalam kasus serupa itu tidak ada verifkasi independen mengenai serangan itu. Para gerilyawan Taliban hampir selalu mempersengketakan jumlah korban tewas resmi itu.

Satu komplotan untuk melakukan serangan terkoordinasi di Eropa dihancurkan pada tahap-tahap awal dengan serangan-serangan udara terhadap tempat persembunyian gerilyawan di Pakistan, tetapi tidak jelas apakah ancaman itu benar-benar telah dilenyapkan, kata sumber-sumber keamanan awal pekan ini.

Rencana yang dituduhkan itu kembali menyoroti Islamabad, yang atas tekanan AS agar melakukan tindakan lebih keras terhadap para gerilyawan yang beroperasi dari tempat-tempat persembunyian mereka di Pakistan dan memasuki Afghanistan untuk menyerang pasukan Barat.

Ketegangan terbaru itu dalam hubungan AS-Pakistan terjadi saat negara itu sedang menghadapi musibah bencana alam.

Pakistan dilanda banjir yang menyebabkan lebih dari 10 juta orang mengungsi, kerugian harta benda miliaran dolar akibat hancurnya indusri pertanian, hasil utama ekonomi negara itu.(*)
Reuters/H-RN/B002