New York (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) karena kekhawatiran tentang pandemi mendorong investor untuk mencari tempat yang aman saat mereka menunggu lebih banyak petunjuk tentang pemulihan ekonomi global.
Dengan pasar yang sangat sensitif terhadap pembicaraan tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi) lebih awal, data inflasi AS pada Selasa waktu setempat akan diawasi dengan ketat menjelang kesaksian oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (14/7/2021) dan Kamis (15/7/2021).
"Kehati-hatian pasar menguasai awal pekan ini membebani sentimen risiko dan mendorong dolar AS," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Laporan dari seluruh dunia tentang lonjakan infeksi varian virus corona Delta juga merugikan selera investor terhadap aset-aset berisiko.
Baca juga: Rupiah menguat ditopang pelonggaran moneter bank sentral China
Investor akan melihat data inflasi AS pada Selasa waktu setempat dan kesaksian ekonomi Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (14/7/2021) dan Kamis (15/7/2021) ketika mereka menaksir ekspektasi bagi The Fed untuk memutar kembali stimulus segera setelah tahun ini, kata Manimbo.
"Laporan yang lebih panas kemungkinan akan meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar serta membawa percakapan tapering Fed kembali ke garis depan," Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,1 persen pada 92,264. Indeks tetap mendekati level tertinggi tiga bulan di 92,844 yang disentuh minggu lalu.
Dolar Australia sering dipandang sebagai proksi risiko yang likuid melemah 0,17 persen.
Sterling jatuh karena Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan akan mengonfirmasi rencana untuk menghapus hampir semua pembatasan COVID-19 yang tersisa di Inggris mulai 19 Juli, meskipun ada lonjakan kasus ke tingkat yang tidak terlihat selama berbulan-bulan.
Baca juga: Rupiah awal pekan menguat, dibayangi lonjakan kasus COVID-19
Pound merosot 0,22 persen menjadi 1,3879 dolar AS.
Sementara itu, bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) mengatakan China akan memangkas jumlah uang tunai yang harus dipertahankan bank-bank sebagai cadangan, melepaskan sekitar satu triliun yuan (150 miliar dolar AS) dalam likuiditas jangka panjang untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca-COVID yang mulai kehilangan momentum.
"Meskipun disambut baik, langkah itu juga menandakan bahwa pihak berwenang khawatir tentang prospek pertumbuhan China, jadi ini berita yang beragam," kata Marshall Gittler, kepala riset investasi di BDSwiss Holding.
Dolar Kanada diperdagangkan sekitar 0,1 persen lebih rendah pada 1,2462 terhadap greenback, atau 80,22 sen AS.
Baca juga: Kurs yuan merosot lagi 30 basis poin terhadap dolar AS
Investor menantikan pengumuman suku bunga dari bank sentral Kanada (Bank of Canada) pada Rabu (14/7/2021) untuk melihat apakah bank sentral akan mengumumkan perlambatan pembelian asetnya.
Mata uang kripto berada dalam posisi bertahan dengan Bitcoin turun sekitar 3,4 persen pada 33.109,25 dolar AS dan Ether jatuh 5,2 persen pada 2.028,54 dolar AS.
Dolar menguat di tengah kekhawatiran pandemi, inflasi AS jadi fokus
13 Juli 2021 05:53 WIB
Mata uang dolar Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Sertac Kayar/am.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: