Jakarta (ANTARA News) - Jika seseorang mulai menjelaskan mengapa ia terlambat dengan memberitahukan urutan kejadian demi kejadian yang menyebabkannya telat, waspadalah, ia bisa jadi sedang membohongi Anda.
Seorang peneliti tentang penipuan asuransi, seperti dikutip Daily Mail, Rabu (29/9), mengatakan bahwa dengan berpikir terlalu keras untuk mengarang cerita para pembohong telah membongkar kedok mereka.
Sharon Leal, peneliti pada University Of Porsmouth, menjelaskan bagaimana prilaku orang ketika mereka berbohong dalam mengajukan klaim asuransi.
Pakar dalam mendeteksi kebohongan itu mengatakan penelitiannya telah menunjukkan bahwa para pembohong membuat rencana yang rumit sebelum berbohong sementara mereka yang jujur tidak mengarang-ngarang cerita.
Ia menjelaskan, karena para pembohong cenderung berpikir bagaimana berkilah ketika ditanyai macam-macam, maka mereka menyimpan terlalu banyak pikiran dalam otak mereka yang kemudian berimbas pada prilaku mereka.
Menurut Leal, perubahan prilaku itu kemudian menjadi dasar untuk membentuk metode penyelidikan baru untuk membongkar kedok para penipu.
"Ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk menggunakan metode berbasis fakta, yang telah terbukti secara ilmiah, untuk menghemat waktu dan dana (guna menilai seseorang berbohong atau tidak). Jadi, mereka yang tidak bersalah tidak lagi diperlakukan sebagai pesakitan sedangkan penipu dibiarkan kabur," kata Leal.
Ia menjelaskan bahwa sebuah penyelidikan perusahaan asuransi terhadap klaim bisa dipicu oleh berbagai alasan seperti besarnya pertanggungan asuransi atau para penyidik mempunyai firasat ada rekayasa.
Pemicu yang lazim dalam penyelidikan adalah ketika pihak yang mengklaim tidak bisa memberikan rincian yang jelas terkait suatu kecelakaan seperti benda yang dikenakan oleh orang lain atau berapa orang yang berada di sekitar lokasi kejadian saat itu.
"Penupuan asuransi meningkat sejak resesi mulai dan perusahaan asuransi ingin membasmi para penipu.
Dia mengingatkan bahwa ketika tiba masa sulit, orang makin mungkin melanggar peraturan. Hal ini memang benar dalam kasus penipuan asuransi.
"Orang berpikir jika mereka mengatakan yang sebenarnya maka mereka akan dipercaya, tetapi ternyata tidak," Leal menjelaskan.
"Perusahaan asuransi membuang waktu dan dana saat mereka mengejar orang-orang yang tidak bersalah. Dalam situasi seperti itu mereka yang tidak bersalah menarik klaim asuransi mereka karena tidak tahan dengan tekanan dalam proses penyidikan," lanjut Leal lebih jauh.
Menurut Leal banyak teknik dan perangkat pendeteksi kebohongan yang sebenarnya tidak berguna.
"Berlawanan dengan yang dipercaya masyarakat selama ini, ternyata para penipu yang mempunyai motif, rupanya tidak gelisah, menghindari kontak mata, atau berkedip karena gugup. Mereka justru tenang dan telah merancang rencana penipuan mereka sampai pada detail yang paling kecil," ulas Leal lagi.
Leal dianugerahi uang sebesar 112.000 Poundsterling dari sebuah perusahaan penyelidikan penipuan asuransi untuk mempelajari kebohongan.
Ia menghabiskan tahun pertama dari penelitiannya itu mempelajari apa yang dilakukan oleh penyidik dan seberapa sering metode mereka berhasil. Di tahun kedua ia mencoba metode baru dan mengukur hasilnya.
(Ber/A038/BRT)
Inilah Ciri-ciri Pembohong
1 Oktober 2010 18:44 WIB
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: