Sampit, Kalteng (ANTARA) - Vaksinasi adalah salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk mengatasi Pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung hingga saat di sebagian besar wilayah dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

Namun, dalam pelaksanaannya, tidak mudah, khususnya di wilayah-wilayah di Tanah Air yang kondisi geografisnya di pelosok dan pedalaman.

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di kawasan pedalaman menghadapi kondisi geografis yang sulit dijangkau dan rumit itu.

"Seperti itulah kondisinya. Harus menempuh riam, kadang harus mendorong perahu motor yang kandas karena dangkal. Juga harus menginap karena jarak satu desa ke desa cukup jauh," kata Pelaksana Tugas Camat Antang Kalang, Watmin di Sampit, Minggu (11/7) 2021.

Riam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemendikbud adalah aliran air yang deras di sungai , hampir seperti air terjun, tetapi rendah sekali.

Watmin menjelaskan bahwa Antang Kalang adalah salah satu kecamatan yang geografisnya sulit dijangkau itu. Masih banyak desa yang aksesnya harus mengandalkan transportasi sungai dengan waktu tempuh hingga empat jam atau lebih dengan medan yang sulit dan berbahaya karena banyak riam.

Dicontohkannya seperti saat melaksanakan vaksinasi COVID-19 di tiga desa yaitu Tumbang Gagu, Buntut Nusa dan Tumbang Ramei, tim harus menempuh perjalanan menyusuri sungai dan harus juga bermalam di desa untuk melaksanakan vaksinasi tersebut.

Untuk menuju Desa Tumbang Gagu, rombongan menggunakan perahu motor kecil dari Tumbang Kalang, pusat Kecamatan Antang Kalang. Perjalanan ke desa paling ujung itu membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam dengan riam-riam berarus deras yang harus ditempuh selama perjalanan.

Watmin bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan yang turut mendampingi petugas kesehatan, mau tidak mau mesti bermalam di Tumbang Gagu karena kegiatan vaksinasi baru dilaksanakan pada pagi keesokan harinya.

Tidak hanya medan perjalanan yang berat, pelaksanaan vaksinasi juga harus diikuti upaya pendekatan yang baik, karena ada saja warga yang enggan divaksinasi akibat pemahaman yang kurang tepat. Barulah setelah diberi penjelasan dengan lengkap, masyarakat malah antusias untuk mengikuti vaksinasi, bahkan sebagian tidak bisa dilayani karena alokasi vaksin yang tersedia terbatas.

Kegiatan kemudian dilanjutkan tim dengan vaksinasi di Desa Buntut Nusa. Untuk menuju desa ini rombongan menempuh perjalanan jalur sungai selama 45 menit. Masyarakat desa ini juga antusias mengikuti vaksinasi, bahkan vaksin yang dialokasi, lagi-lagi juga tidak mencukupi.

Vaksin terbatas

Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Tumbang Ramei dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit. Tim bermalam di desa ini dan vaksinasi baru dilakukan besok harinya. Warga desa ini juga tidak kalah antusias mengikuti vaksinasi, Hanya saja, disayangkan bahwa vaksin yang tersedia sangat terbatas.

Usai vaksinasi di Desa Tumbang Ramei, tim pulang ke Desa Tumbang Kalang dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Selain vaksinasi, agenda di tiga desa tersebut juga diisi musyawarah desa setempat.

Watmin berharap vaksin dipasok sesuai kebutuhan karena masyarakat di Kecamatan Antang Kalang sangat antusias mengikuti vaksinasi. Selain itu, memerlukan waktu, tenaga dan biaya besar untuk kegiatan vaksinasi "jemput bola" ke desa-desa.

"Kalau kita berharap warga yang datang mengikuti vaksinasi ke puskesmas di kecamatan, cukup sulit karena jarak, medan, waktu dan biaya. Mudah-mudahan saja pasokan vaksin sesuai kebutuhan, jadi ketika kita ke desa-desa itu semua warga yang memenuhi syarat kesehatan, bisa kita layani," katanya.

Sementara itu, kekurangan vaksin tidak hanya terjadi di puskesmas kawasan pelosok, tetapi bahkan juga di Kota Sampit, Ibu Kota Kabupaten Waringin Timur.

Dalam sepekan terakhir banyak puskesmas yang tidak melayani vaksinasi karena stok vaksin yang tersisa menipis dan diprioritaskan untuk warga yang menjalani vaksinasi dosis kedua.

Percontohan

Bupati Kota Waringin Timur Halikinnor mengatakan bahwa pihaknya sudah berulang kali menyampaikan masalah ini kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.

Bahkan, dia sudah meminta dibuatkan surat resmi kepada Gubernur Kalimantan Tengah dan ditembuskan kepada Presiden agar Kotawaringin Timur diberi prioritas penambahan vaksin karena terjadi keterbatasan.

"Kotawaringin Timur ini menjadi percontohan karena penduduknya paling banyak di Provinsi Kalimantan Tengah. Semua kekuatan kita kerahkan, termasuk dibantu TNI dan Polri untuk optimalisasi vaksinasi, tapi ternyata malah pasokan vaksinnya yang tidak mampu mengimbangi kebutuhan kita," kata Halikinnor.

Sementara itu, perkembangan kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur pada Minggu siang terdapat penambahan sebanyak 37 orang terpapar positif COVID-19. Selain itu, juga ada sembilan orang pasien sembuh, namun ada satu orang yang meninggal dunia.

Secara keseluruhan, jumlah kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah mencapai 3.598 kasus, terdiri atas sebanyak 3.017 kasus sembuh, 480 orang masih ditangani dan 101 orang meninggal dunia.

Halikinnor mengimbau masyarakat mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Selain itu, kebijakan pembatasan kegiatan juga harus dipatuhi agar bisa rantai penularan dan penyebaran COVID-19 bisa diputus.

"Jangan berpikir seolah-olah ini hanya kepentingan pemerintah. Kita harus sadar bahwa ini demi keselamatan kita juga. Masyarakat harus membantu karena sebesar apapun upaya pemerintah, hasilnya tidak akan maksimal kalau tidak didukung oleh masyarakat," demikian Halikinnor.

Baca juga: 52 tenaga kesehatan di Kotawaringin Timur tertular COVID-19

Baca juga: Vaksinasi massal COVID-19 Kalteng sasar 8.000 orang

Baca juga: Virus corona varian dari India ditemukan di Kotawaringin Timur