Cape Town (ANTARA News) - Diego Maradona yang tengah merasa sangat berduka mengatakan bahwa kekalahan telak Argentina 0-4 dari Jerman pada pertandingan perempat final Sabtu merupakan hari terberat dalam hidupnya.

"Hari ini (Sabtu), menjelang usia saya 50 tahun pada 30 Oktober mendatang, ini merupakan hal terberat yang pernah saya alami," ujar Maradona, yang berperilaku jauh berbeda dari sikap cerianya pada konferensi pers menjelang pertandingan Piala dunia melawan Jerman, Sabtu.

"Ini sebuah tinju dari Muhammad Ali. Saya tidak memiliki kekuataan untuk melakukan apa pun," katanya seperti dikutip AFP.

"Hari saat saya berhenti bermain bola kemungkinan serupa tetapi ini terasa lebih berat," ungkap Maradona setelah kekalahan terburuk Argentina di putaran final Piala Dunia sejak Argentina ditekuk 6-1 oleh Cekoslowakia pada 1958.

Maradona mengatakan, dia tidak dapat segera membicarakan mengenai masa depannya setelah timnya kembali gagal mencapai babak empat besar atau semi final Piala Dunia.

Mereka belum pernah sampai ke babak itu lagi sejak 1990, tahun saat dia melepas Piala Dunia dalam babak final di Italia setelah menjuarai turnamen itu empat tahun sebelumnya saat dia menjadi kapten.

"Saya harus berpikir dengan hati-hati mengenai masa depan ... saya harus berbicara dengan keluarga saya, para pemain, ada banyak hal yang harus dibicarakan," tutur Maradona.

Dengan suatu bayangan bahwa masa depannya belum jelas, Maradona mengatakan: "Ini bukan lah akhir yang diharapkan (bagi kami), tetapi siapa pun yang sudah terlanjur masuk harus melanjutkan jalan ini yang merupakan satu hal yang disukai Argentina."

"Saya berterima kasih (kepada para pemain dan staf pelatihan) atas kerja keras yang sudah mereka lakukan, itu saja. Saya tidak meau membicarakan tentang masa depan," ujar Maradona, yang muncul dari ruang ganti dengan wajah yang dirundung murung.

Dia mengatakan dia tidak meragukan bahwa timnya telah bermain sebagaimana memang harus mereka lakukan, kendati mereka sering terbentur dengan gaya permainan Jerman yang yang jauh lebih tajam dan cepat.

"Saya menyadari sebagai pelatih dan pemain bahwa sepak bola yang disukai rakyat Argentina adalah yang seperti ini, dengan berusaha secara permanen bagi gol-gol, bermain, berputar. Saya kira Argentina tidak memiliki gaya yang lain," ujarnya.

Selain itu Maradona juga membela Pemain Terbaik Dunia, Lionel Messi, yang sangat brilian dengan kecepatan geraknya pada pertanidngan di putaran final ini namun gagal mencap otoritasnya pada turnamen ini atau bahkan mencetak gol.

"Messi bermain luar biasa di Piala Dunia walau dia tidak mencetak gol karena bola sulit dijinakkannya atau para kiper lawan itu merupakan para pemain bintang dari tim mereka," kata Maradona.

Ia menimpali, "Melihat Messi menghapus airmatanya di ruang ganti, siapa pun yang bilang kepada saya bahwa ia tidak mempunyai perasaan untuk membela timnas Argentina adalah orang yang bodoh."

Jerman mengakhiri sepak terjang Argentina yang tidak terkalahkan dalam 10 pertandingan sebelumnya di Piala Dunia ini, dibandingkan dengan kekalahan 0-1 mereka oleh Inggris di Jepang tahun 2002 dan juga hasil imbang 1-1 melawan Jerman dalam perempat final Piala Dunia 2006 dimana Argentina kalah dalam adu tendangan penalti.

Maradona, yang mulai melatih timnas pada akhir 2008, telah membuat timnas Argentina menang dalam 18 pertandingan dan kalah dalam enam pertandingan sebagai pelatih walaupun mayoritas kekalahan menimbulkan kekecewaan dalam babak kualifikasi tahun lalu.
(Uu.A016/S004/P003)