Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta data CT value hasil tes usap "Polymerase Chain Reaction" (PCR) di daerah masuk ke dalam sistem Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 varian Delta.

"Kita sudah ambil keputusan agar sekarang setiap uji PCR itu CT value harus dimasukkan ke sistem Kemenkes agar kita bisa menggunakannya untuk mengantisipasi daerah-daerah yang potensi pencemaran Delta," ujar Menkes dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia menyampaikan bahwa tingkat penyebaran COVID-19 varian Delta lebih cepat, dan meningkatkan keparahan risiko terhadap pasien yang terpapar.

Baca juga: 13 kasus COVID-19 varian delta terdeteksi di NTB

"Ciri-cirinya dua, pertama CT-nya lebih rendah. Kemudian penularannya lebih cepat, meningkat keparahannya pun lebih cepat sehingga intervensi keperawatan di rumah sakitnya pun berbeda," katanya.

Ia mencontohkan daerah yang sudah dimasuki varian delta, misalnya, Provinsi Sumatera Barat. Tercatat rata-rata CT value-nya 8,22 di akhir Juni 2021.

Pada minggu pertama Desember 2020, rata-rata CT yang paling rendah di wilayah itu 12,15.

"CT value yang rendah ini menggambarkan kadar virus tinggi, itu merupakan ciri-ciri dari varian-varian yang baru. Sehingga dengan demikian kalau kita bisa menangani lebih cepat kita bisa mengurangi kasus kematian," ujar Budi.

Dalam rangka mengantisipasi varian Delta itu, ia mengatakan, pihaknya akan meningkatkan pelaksanaan uji COVID-19 di masyarakat.

"Nggak usah khawatir kalau kasus konfirmasi naik, justru dengan demikian kita bisa melakukan antisipasi yang lebih baik lagi, baik di sisi isolasi maupun sisi rumah sakitnya, termasuk persiapan oksigen dan lain sebagainya," ucapnya.

Ia menambahkan Kementeriannya juga meminta rumah sakit sudah menambah jumlah tempat tidur COVI-19 dalam rangka mengantisipasi COVID-19 varian Delta.

"Supaya kita lebih siap menghadapi adanya penyebaran varian delta, rumah sakit diharapkan sudah melakukan konversi dari tempat tidur biasa ke tempat tidur COVID-19," katanya.

Baca juga: Inilah yang perlu diketahui tentang virus corona saat ini
Baca juga: Menkes sebut tujuh provinsi rawan serangan varian Delta
Baca juga: Menkes ungkap mahalnya harga obat COVID-19 hingga sepuluh kali lipat