Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah segera mengantisipasi tingginya angka kematian tenaga kesehatan akibat terpapar COVID-19, terutama di DKI Jakarta.

"DKI Jakarta merupakan barometer bagi daerah lain, jadi kondisi yang terjadi di DKI Jakarta harus diantisipasi sedini mungkin terutama keselamatan tenaga kesehatan," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut tidak sedikit. Di DKI Jakarta, dalam pekan pertama Juli 2021 setidaknya 13 tenaga kesehatan meninggal akibat terpapar COVID-19.

Baca juga: Ketua DPD: Empat dampak negatif "Presidential Threshold" UU Pemilu

Oleh karena itu, LaNyalla meminta pemerintah pusat dan daerah agar lebih memerhatikan kondisi tersebut. Sebab, kurangnya jumlah tenaga kesehatan bisa berpengaruh pada pelayanan dan penanganan COVID-19.

"Ini situasi extraordinary. Kita berhadapan dengan virus berbeda dengan tingkat risiko lebih tinggi. Tak bisa dipungkiri lonjakan kasus kematian pada tenaga kesehatan dipengaruhi varian mutasi virus corona," ujar LaNyalla.

Varian tersebut termasuk dalam "variant of concern" atau varian yang diwaspadai badan kesehatan dunia (WHO). Di antaranya yakni B117 Alfa, B1351 Beta, dan B1617 Delta, katanya.

Tidak hanya DKI Jakarta, kata dia, daerah lain harus bersiap dengan prediksi kemungkinan kekurangan tenaga kesehatan lebih besar lagi. Meskipun hal itu tidak diharapkan, namun dalam manajemen darurat kondisi terburuk harus dipikirkan dan diantisipasi.

Baca juga: LaNyalla: Skenario baru perlu dibuat demi pandemi yang dapat memburuk

Ia meminta pemerintah daerah perlu menambah jumlah tenaga kesehatan di wilayahnya masing-masing. Hal itu bisa dengan meningkatkan jumlah relawan, membuka perbantuan tenaga kesehatan yang relevan atau menggerakkan mahasiswa perawat.

LaNyalla mengingatkan perlunya masyarakat bersiap menjadi perawat dan dokter untuk diri sendiri. Terlebih lagi jika tenaga kesehatan dan rumah sakit kewalahan dengan adanya lonjakan pasien COVID-19.

Setiap orang, katanya, dituntut bertanggung jawab memberikan kontribusi dalam penanganan COVID-19. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara bersiap merawat diri sendiri dengan cara menjadi dokter bagi keluarga dan sahabat dekat.

Baca juga: Ketua DPD: Kepala daerah di luar Jawa-Bali waspada lonjakan COVID-19

"Bagi masyarakat yang bergejala ringan maka cukup melakukan isolasi mandiri dan tidak perlu ke rumah sakit. Sebab, saat ini tenaga kesehatan akan lebih banyak fokus pada pasien gejala berat," katanya.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per Rabu (7/7) jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 2.379.397 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 1.973.388 orang sembuh dan 62.908 orang meninggal dunia.