Jakarta (ANTARA News) - Laga Rabu malam tadi ditandai oleh hadirnya sepakbola menyerang atraktif yang ditampilkan Spanyol, sementara Chile sepertinya akan bertahan lama di jalurnya demi melaju ke babak selanjutnya.

Sementara Afrika Selatan sepertinya harus melupakan impian melaju ke babak berikutnya karena dihancurkan Uruguay, Chile justru dengan langkah pasti berhasil meyakinkan diri bakal mulus melaju ke termin lebih menantang setelah menggempur habis-habisan Honduras.

Dua per tiga tembakan para pemain Chile memang melenceng dari sasaran, namun Chile membuat area kekuasaan kiper Honduras Noel Valladares bopeng-bopeng karena dibombardir para penyerang Chile, dari awal sampai akhir pertandingan.

Sebenarnya Afrika Selatan dan Uruguay berjuang sama gigih dan ngototnya untuk menang, namun tim Amerika Selatan itu terlalu dominan.

Harapan Afrika Selatan pupus seketika setelah selain dihukum penalti pada menit 80, mereka harus kehilangan kipernya yang diusir ke luar lapangan gara-gara mengganjal pemain Uruguay.

Tetapi bukan dua pertandingan itu yang ditunggu-tunggu orang, melainkan pertemuan Spanyol dengan Swiss. Chile tampil mengesankan namun kualitas penyelesaian akhirnya kalah dari Spanyol yang juga terus-terusan menggedor Swiss.

Namun meskipun Spanyol menguasai 63 persen penguasaan bola, disertai umpan-umpan indah nan terukur, Uruguay lebih baik dari Spanyol karena menerapkan pola menyerang yang apik nan cepat. Bukan itu saja, Uruguay mengalahkan Spanyol dalam soal penetrasi.

Sementara itu Swiss menumpuk dua lapisan permainnya di area penalti sehingga memaksa Spanyol berpikir keras dengan rencana lainnya dan itu tidak pernah terwujud.

Sebaliknya, pada lima menit di babak kedua, justru Swiss yang berhasil membawa pulang satu gol yang dihasilkan dari satu kemelut, setelah tendangan jarak jauh kiper Diego Benaglio seketika memaksa barisan pertahanan Spanyol berada dalam tekanan.

Masuknya Jesus Navas mempertinggi tempo permainan Spanyol dan membuat sisi kanan Spanyol menjadi mematikan, namun rekannya Fernando Torres yang diturunkan bersamaan dengannya dan masih dibekap cedera, tampaknya hanya diturunkan untuk meneror lawan.

Sebelum laga itu, memprediksi Swiss menang adalah kemustahilan, namun pada 20 menit terakhir, Spanyol yang justru kehilangan ide.

Spanyol dalam bahaya karena sepanjang sejarah Piala Dunia, tak pernah ada tim yang kalah di laga awal, bisa memenangkan Piala Dunia.

Forlan Terbaik

Tak ayal lagi Diego Forlan, yang bermain di tengah apitan Luis Suarez dan Edinson Cavani, memimpin barisan depan Uruguay dengan ancaman yang diam-diam menghanyutkan.

Gerakannya instingtif dan manis sekali, terutama saat membalikkan badan tanpa melihat bola.

Ketika dia bergerak ke kiri, dia mengirimkan umpan silang cantik, yang lalu diteruskan Suarez di area kotal penalti agak ke atas untuk kemudian ditanduk Alvaro Pereira sehingga Uruguay unggul 3-0.

Kualitas bola Jabulani kabarnya jelek sehingga tidak ada seorang pun yang menembak tepat dari kejauhan.

Tetapi tendangan-tendangan keras Diego Forlan ke arah gawang telah membungkam kritik-kritik selama ini terhadap kualitas bola Jabulani.

"Dan dia (Forlan) melesakkan penalti apik ke jaring gawang di babak-babak akhir," kata Georgina Turner dari Sport Illustrated.

Berbalikan dengan permainan cerdik Forlan, kiper Spanyol Iker Casillas yang sedikit sekali bisa diganggu pemain Swiss, justru berbuat tidak cerdas.

Banyak pengamat yang keheranan mengapa Iker Casillas berusaha menghentikan Eren Derdiyok dan kemudian Gelson Fernandes dengan kakinya, padahal dia bisa melakukan itu dengan tangannya.

Di tiga pertandingan kemarin malam itu, ada pemain menonjol yang nyaris luput dari perhatian publik, yaitu bek tengah Chile Mauricio Isla.

Dia dengan cantik melapis dengan baik rekannya, Alexis Sanchez.

Selain rajin mendukung gerakan rekan-rekan setimnya, Isla menciptakan ruang dan area yang lebih lapang untuk rekan-rekannya yang lain, dibandingkan yang bisa dilakukan rekan-rekan lainnya di Chile.

Dia sangat membantu timnya apalagi Honduras jarang memaksanya bertahan. Meski begitu, dia selalu tepat di posisinya dan seringkali bertahan sendirian di areanya.


Kejutan terbesar


Satu tim menyerang terbaik secara mengejutkan ditundukkan oleh tim yang begitu mementingkan pertahanan dan tidak seorang pun membayangkan akan bisa melawan serangan Spanyol, bahkan selama 95 menit.

Yang lebih mengejutkan adalah bahwa Swiss malah bertambah baik dari menit ke menit dan kian percaya diri setelah berhasil menembus pertahanan Spanyol yang di babak pertama sulit sekali diganggu.

Permainan defensif Swiss memang mengesalkan, namun siapa pun menjadi terhibur melihat pasukan Ottmar Hitzfield berusaha menyerang dengan tetap disiplin menjaga pertahanannya. (*)

disarikan dari Sport Illustrated/Jafar Sidik