BKKBN harapkan para mahasiswa jadi pemutus mata rantai stunting
8 Juli 2021 19:38 WIB
Tangkapan layar Deputi Lalitbang BKKBN Muhammad Rizal Martua Damanik dalam seminar daring Hari Keluarga Nasional yang dipantau dari Jakarta, Kamis (8/7/2021). (ANTARA/Devi Nindy)
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengharapkan para mahasiswa di Indonesia menjadi agen pemutus mata rantai permasalahan stunting (tumbuh kerdil) dengan arahan dari para guru besar universitas negeri maupun swasta.
Hal tersebut menjadi salah satu dari poin strategis yang diharapkan BKKBN bersama Asosiasi Profesor Indonesia yang telah berbicara mengenai stunting di Indonesia.
"Pertama, memutus rantai stunting melalui edukasi para mahasiswa di kampus. Bagaimana ini sangat penting karena para mahasiswa ini kelompok elit dari masyarakat Indonesia," ujar Deputi Lalitbang BKKBN Muhammad Rizal Martua Damanik dalam seminar daring Hari Keluarga Nasional yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Baca juga: API: Profesor lintas disiplin ilmu siap andil atasi stunting Indonesia
Rizal mengatakan akan sangat disayangkan bila mahasiswa terjun langsung ke masyarakat, namun tak memiliki wawasan akan pentingnya menyelesaikan permasalahan stunting.
"Kami berharap dalam tindak lanjut yang bisa dilaksanakan para Profesor bisa memikirkan cara bagaimana. Apakah memasukkan materi stunting ini dalam kurikulum salah satu mata kuliah, atau dalam saat penerimaan mahasiswa baru, atau mahasiswa yang akan meninggalkan kampusnya, semacam short course tentang apa dan bagaimana stunting," ujar dia melanjutkan.
Rizal juga mengharapkan adanya edukasi dan sosialisasi mahasiswa saat menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dikhususkan di desa-desa yang menjalankan program Kampung KB atau Kampung Keluarga Berkualitas sebanyak kurang lebih 6.000 kampung di seluruh Indonesia.
Menurutnya, kampung KB perlu intervensi lebih lanjut dari para mahasiswa untuk menghentikan mata rantai stunting, serta mensejahterakan penduduk melalui kegiatan yang meningkatkan gizi masyarakatnya.
"Saya membayangkan jika perguruan tinggi jumlahnya sekitar 3.000-4.000. Kalau kita misalnya kirimkan mahasiswa ke Kampung KB dan memberikan materi dan edukasi berkesinambungan, saling terkait dengan mahasiswa KKN. Saya melihat satu peluang bagaimana kita dapat cepat penurunan stunting, menanam rempah-rempah, dan menghasilkan satu hal yang luar biasa," ujar dia.
Baca juga: BKKBN: Pencegahan stunting penting sambut bonus demografi
Baca juga: Pakar: Seng berperan memutus mata rantai stunting sejak kehamilan
Baca juga: Guru Besar Unand: Perubahan perilaku masyarakat kunci atasi stunting
Hal tersebut menjadi salah satu dari poin strategis yang diharapkan BKKBN bersama Asosiasi Profesor Indonesia yang telah berbicara mengenai stunting di Indonesia.
"Pertama, memutus rantai stunting melalui edukasi para mahasiswa di kampus. Bagaimana ini sangat penting karena para mahasiswa ini kelompok elit dari masyarakat Indonesia," ujar Deputi Lalitbang BKKBN Muhammad Rizal Martua Damanik dalam seminar daring Hari Keluarga Nasional yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Baca juga: API: Profesor lintas disiplin ilmu siap andil atasi stunting Indonesia
Rizal mengatakan akan sangat disayangkan bila mahasiswa terjun langsung ke masyarakat, namun tak memiliki wawasan akan pentingnya menyelesaikan permasalahan stunting.
"Kami berharap dalam tindak lanjut yang bisa dilaksanakan para Profesor bisa memikirkan cara bagaimana. Apakah memasukkan materi stunting ini dalam kurikulum salah satu mata kuliah, atau dalam saat penerimaan mahasiswa baru, atau mahasiswa yang akan meninggalkan kampusnya, semacam short course tentang apa dan bagaimana stunting," ujar dia melanjutkan.
Rizal juga mengharapkan adanya edukasi dan sosialisasi mahasiswa saat menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dikhususkan di desa-desa yang menjalankan program Kampung KB atau Kampung Keluarga Berkualitas sebanyak kurang lebih 6.000 kampung di seluruh Indonesia.
Menurutnya, kampung KB perlu intervensi lebih lanjut dari para mahasiswa untuk menghentikan mata rantai stunting, serta mensejahterakan penduduk melalui kegiatan yang meningkatkan gizi masyarakatnya.
"Saya membayangkan jika perguruan tinggi jumlahnya sekitar 3.000-4.000. Kalau kita misalnya kirimkan mahasiswa ke Kampung KB dan memberikan materi dan edukasi berkesinambungan, saling terkait dengan mahasiswa KKN. Saya melihat satu peluang bagaimana kita dapat cepat penurunan stunting, menanam rempah-rempah, dan menghasilkan satu hal yang luar biasa," ujar dia.
Baca juga: BKKBN: Pencegahan stunting penting sambut bonus demografi
Baca juga: Pakar: Seng berperan memutus mata rantai stunting sejak kehamilan
Baca juga: Guru Besar Unand: Perubahan perilaku masyarakat kunci atasi stunting
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: