Belgrade (ANTARA News) - Suporter Serbia kecewa dengan penampilan perdana tim kesayangan mereka melawan Ghana pada Piala Dunia, Minggu, namun mereka menyakini kekalahan tersebut bukan kiamat.
"Ini tidak seperti permainan kami, kami seperti baru pertama kali main dalam satu tim," ujar Pavle Jankovic yang menonton pertandingan bersama kawannya di suatu bar pusat kota Belgrade, lapor AFP.
Enam menit menjelang pertandingan berakhir, Asamoah Gyan mencetak gol melalui titik penalti dan memastikan kemenangan 1-0 melawan 10 pemain Serbia dalam penyisihan grup D di Stadion Versfeld, Pretoria.
Tempat berkumpul dan bar di Belgrade banyak yang menyiapkan televisi bagi para pengunjung untuk menyaksikan pertandingan, namun setelah menyaksikan kegagalan pemain mencetak gol, wajah mereka pun diliputi kekhawatiran.
Jankovic mengatakan kekalahan ini bagaikan "alarm yang membangunkan tidur".
"Ini bukanlah akhir dunia, masih ada dua pertandingan lagi dimainkan, dan ini peringatan yang bagus buat kami," ujarnya.
Banyak suporter yang kecewa dan terdiam atas kekalahan ini yang membuat selebrasi lazim dengan membunyikan klakson urung dilakukan.
Sebelumnya, banyak suporter telah menyiapkan musik penyemangat untuk menemani dalam menyaksikan pertandingan.
"Kita tidak punya vuvuzela, kita punya terompet sendiri," ujar remaja 22 tahun Nemanja Jovic yang memiliki keterampilan untuk memainkan alat tiup dan memainkan lagu tradisional Serbia terkenal.
Dengan wajah dicat dengan warna merah, putih dan biru - warna nasional Serbia - Jovic merupakan belasan fans yang berkumpul di Kafe Wonder, dimana para bartender menyajikan koktail spesial yang dinamakan oleh para pemain tim nasional Serbia.
"Yang paling populer koktail Nemanja Vidic dan Nikola Zigic: sajian non-alkohol ideal untuk iklim Afrika," ujar Bartender Milija Janic.
Janic mengatakan Koktail Vidic mengandung jeruk, mangga dan leci yang dipadu dengan ramuan rahasia.
Sedangkan di Laut Belgrade - merupakan danau buatan terkenal - ratusan fans memadati wilayah "kota sepakbola" dimana panitia lokal menyiapkan tenda dan beberapa layar lebar untuk menyaksikan pertandingan.
"Kita telah menang," canda Branko dan Mitar, dua remaja yang baru saja memainkan pertandingan sepakbola meja mereka sendiri.
Di kota terbesar kedua Serbia, Novi Sad, layar lebar telah disiapkan di pinggir Sungai Danube, dengan beberapa tempat ideal untuk menonton telah dipesan jauh hari sebelumnya.
"Mengasyikan untuk menonton pertandingan disini, dan jika kamu kecewa dengan penampilan pemain, kamu bisa loncat ke sungai dan menghilangkan semua kekecewaan," ujar Zeljko Obradovic, yang datang bersama kawannya.
Semua stasiun televisi nasional Serbia menyiarkan pertandingan tersebut, dan saluran televisi lain pun menyajikan laporan langsung dari Afrika Selatan.
Sedangkan di negara tetangga, Bosnia, pusat keramaian suporter terpusat di pinggir pusat ibukota, Banja Luka dimana mereka meyaksikan pertandingan di bar terbuka dan restoran.
"Kita akan menghabiskan uang dengan fans ketika menonton dan istri mereka pasti senang karena mereka bisa menonton film atau apapun yang mereka inginkan, bebas dari suami mereka," canda pelayan Dragan.
Sreten, suporter Serbia berusia 32 tahun mengatakan dia lebih memilih menyaksikan pertandingan di bar.
"Saya senang menonton pertandingan dengan teman-teman di bar, jadi tidak ada yang menyela saya ketika saya berteriak, dan saya bisa minum sebanyak yang saya mau. Ini lebih baik daripada menonton di rumah," ujar Sreten. (S034/K004)
Kekalahan Bukan Kiamat
14 Juni 2010 01:25 WIB
Gelandang Serbia Dejan Stankovic (Depan) berlari bersama rekan satu timnya dalam sebuah sesi latihan tim di stadion Rand di Johannesburg pada tanggal (10/6). (ANTARA/AFP PHOTO/NATALIA KOLESNIKOVA)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: