Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merancang budi daya perikanan yang berkesinambungan selaras dengan konsep ekonomi biru yang mengedepankan efisiensi agar lingkungan tetap lestari.

"Pengembangan perikanan budi daya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan. Terhadap budi daya yang akan kami rancang adalah sebuah budi daya yang berkesinambungan," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono, Rabu.

Menteri Trenggono menambahkan bahan pakan yang diupayakan untuk perikanan budi daya harus melalui riset.

Menurutnya, bahan pakan juga berasal dari budi daya sehingga tidak boleh lagi diambil dari laut agar perikanan budi daya menjadi berkelanjutan sehingga penerapan konsep ekonomi biru dapat berjalan secara baik.

"Ini bisa memberikan manfaat sangat besar demi keberlanjutan lingkungan dan ekonomi ke depan," kata Menteri Trenggono.

Baca juga: KKP sebut pakan jadi faktor dominan keberhasilan budi daya ikan

Potensi lestari sumber daya ikan di Indonesia mencapai 12,54 juta ton per tahun dengan nilai ekonomi mencapai 20 miliar dolar AS per tahun. Dari jumlah tersebut, menurut ketentuan internasional yang boleh dimanfaatkan sekitar 10 juta ton per tahun atau 80 persen dari seluruh potensi lestari.

Sepanjang 2021 pemerintah menargetkan produksi perikanan budi daya mencapai 19,47 juta ton yang terdiri dari 7,92 juta ton dan rumput laut 11,55 juta ton. Angka tersebut naik dari target produksi tahun sebelumnya sebanyak 18,44 juta ton.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, kontribusi subsektor perikanan terhadap total pertumbuhan domestik bruto nasional mencapai 2,80 persen atau meningkat 0,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,65 persen.

Selama pandemi COVID-19 subsektor perikanan termasuk salah satu yang mengalami pertumbuhan positif pada 2020 yakni tumbuh 0,73 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh mencapai 5,73 persen.

Baca juga: Pengamat: Pemda perlu gencarkan pelatihan budi daya perikanan