Kimia Farma perluas distribusi Ivermectin di Jawa-Bali
7 Juli 2021 16:47 WIB
Tangkapan layar sejumlah peserta Rapat Dengar Pendapat (RDP) PT Kimia Farma dengan Komisi VI DPR RI secara virtual dari Jakarta, Rabu (7/7/2021). ANTARA/Andi Firdaus
Jakarta (ANTARA) - PT Kimia Farma, Rabu, mulai memperluas distribusi obat terapi bagi pasien COVID-19 produksi PT Indofarma jenis Ivermectin ke berbagai apotek di Pulau Jawa-Bali.
"Hari ini Ivermectin sudah mulai tersebar sampai di wilayah Jawa Timur, Malang, Surabaya dan sedang diupayakan masuk hingga ke Provinsi Bali," kata Direktur Utama PT Kimia Farma, Verdi Budidarmo, dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI
yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, sebelumnya masalah ketersediaan seperti Ivermectin produksi Indofarma diprioritaskan distribusinya di wilayah Jabodetabek
"Pada posisi sekarang secara distribusinya di apotek itu, ada Azithromycin, Oseltamivir dan Ivermectin itu tersedia di apotek," katanya.
Sementara jenis obat terapi COVID-19 lainnya seperti Pavipiravir maupun Remdesivir belum tersedia di apotek karena sejumlah kendala.
Sesuai dengan peraturan farmasi, kata Verdi, salah satunya ada beberapa obat yang dikeluarkan tidak dalam bentuk nomor izin edar tapi emergency used access (EUA) yang hanya bisa diberikan atau didistribusikan kepada rumah sakit.
"Sehingga beberapa obat-obatan tidak tersedia di apotek seperti Pavipiravir memang tidak disediakan di apotek karena izin yang diberikan adalah EUA," katanya.
Baca juga: Indofarma kejar target produksi obat terapi COVID-19 hingga September
Baca juga: Indofarma tingkatkan produksi Ivermectin hingga dua kali lipat
Kimia Farma sedang berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memperoleh pendampingan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar ada keleluasaan akses terhadap Pavipiravir bisa tersedia di apotek. "Masyarakat tentunya bisa membeli Pavipiravir dengan resep dokter," katanya.
Sedangkan kendala yang dihadapi pada pengadaan jenis Remdesivir, kata Verdi, adalah pasokan impor yang terkendala karantina wilayah di India.
"Yang jadi terkendala adalah ketersediaan terhadap produk jadi Remdesivir di mana dari tujuh perusahaan farmasi ini melakukan importasi dari India dan proses masih di-lockdown di India," katanya.
Sebagai solusinya, Indofarma berupaya melakukan pengembangan Remdesivir di dalam negeri yang akan diproduksi bersama PT Kimia Farma bersama PT Phapros.
"Kami harapkan bisa launching pada September 2021. Kalau sekarang belum ada," katanya.
Baca juga: Kimia Farma produksi tiga varian obat terapi COVID-19
Baca juga: Bio Farma akan produksi alat deteksi COVID BioSaliva 40.000/bulan
Baca juga: IAI: Obat terapi COVID-19 bisa segera didapat di apotek
"Hari ini Ivermectin sudah mulai tersebar sampai di wilayah Jawa Timur, Malang, Surabaya dan sedang diupayakan masuk hingga ke Provinsi Bali," kata Direktur Utama PT Kimia Farma, Verdi Budidarmo, dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI
yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, sebelumnya masalah ketersediaan seperti Ivermectin produksi Indofarma diprioritaskan distribusinya di wilayah Jabodetabek
"Pada posisi sekarang secara distribusinya di apotek itu, ada Azithromycin, Oseltamivir dan Ivermectin itu tersedia di apotek," katanya.
Sementara jenis obat terapi COVID-19 lainnya seperti Pavipiravir maupun Remdesivir belum tersedia di apotek karena sejumlah kendala.
Sesuai dengan peraturan farmasi, kata Verdi, salah satunya ada beberapa obat yang dikeluarkan tidak dalam bentuk nomor izin edar tapi emergency used access (EUA) yang hanya bisa diberikan atau didistribusikan kepada rumah sakit.
"Sehingga beberapa obat-obatan tidak tersedia di apotek seperti Pavipiravir memang tidak disediakan di apotek karena izin yang diberikan adalah EUA," katanya.
Baca juga: Indofarma kejar target produksi obat terapi COVID-19 hingga September
Baca juga: Indofarma tingkatkan produksi Ivermectin hingga dua kali lipat
Kimia Farma sedang berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memperoleh pendampingan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar ada keleluasaan akses terhadap Pavipiravir bisa tersedia di apotek. "Masyarakat tentunya bisa membeli Pavipiravir dengan resep dokter," katanya.
Sedangkan kendala yang dihadapi pada pengadaan jenis Remdesivir, kata Verdi, adalah pasokan impor yang terkendala karantina wilayah di India.
"Yang jadi terkendala adalah ketersediaan terhadap produk jadi Remdesivir di mana dari tujuh perusahaan farmasi ini melakukan importasi dari India dan proses masih di-lockdown di India," katanya.
Sebagai solusinya, Indofarma berupaya melakukan pengembangan Remdesivir di dalam negeri yang akan diproduksi bersama PT Kimia Farma bersama PT Phapros.
"Kami harapkan bisa launching pada September 2021. Kalau sekarang belum ada," katanya.
Baca juga: Kimia Farma produksi tiga varian obat terapi COVID-19
Baca juga: Bio Farma akan produksi alat deteksi COVID BioSaliva 40.000/bulan
Baca juga: IAI: Obat terapi COVID-19 bisa segera didapat di apotek
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: