BMKG: Awan berbentuk UFO yang muncul di langit Banda Aceh berbahaya
7 Juli 2021 10:03 WIB
Fenomena awan mirip Unidentified Fliying Object “UFO” yang terlihat di langit di kawasan Desa Punge, Kota Banda Aceh pada Selasa (6/7/2021) sore. (ANTARA/HO-Dok. Pribadi Cut Ida Khairani)
Meulaboh (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan fenomena awan mirip unidentified fliying object (UFO) yang terlihat di langit di kawasan Desa Punge, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh pada Selasa (6/7) sore termasuk awan yang berbahaya bagi penerbangan.
“Awan berbentuk UFO ini disebut wan Lenticularis atau biasa disebut awan topi atau awan tudung. Bagi penerbangan dampaknya sangat berbahaya,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya Rezky P Hartiwi di Meulaboh, Rabu.
Baca juga: Pekan ketiga Juni 2021 terjadi 26 gempa di Sumut-Aceh Sebelumnya, masyarakat di Kota Banda Aceh sepanjang Selasa sore hingga malam dihebohkan dengan fenomena alam awan berbentuk UFO.
Awan ini diabadikan warga menggunakan telepon selular dan menjadi perbincangan hangat di media sosial hingga Rabu siang.
Ia menjelaskan awan Lenticularis sangat berbahaya bagi pesawat terbang karena bisa menyebabkan turbulensi atau goncangan secara vertikal yang kuat, karena pesawat bisa mengalami penurunan tekanan udara secara drastis.
Baca juga: BMKG catat 48 gempa di Sumut-Aceh dalam sepekan
Khusus bagi pesawat yang terbang dengan level ketinggian yang rendah, biasanya pilot sangat menghindari awan Lenticularis ini, katanya.
Sedangkan dampak bagi masyarakat, kata dia, biasanya awan tersebut dapat menyebabkan terjadinya angin kencang, dan hujan. Namun seiring berjalannya waktu awan ini akan luruh.
“Kalau untuk masyarakat menghindari awan ini biasanya harus tetap di dalam rumah ya, kalaupun ada yang mengharuskan beraktivitas di luar, dimohon untuk tetap waspada dan hati-hati,” imbaunya.
Baca juga: Gempa bumi magnitudo 5,2 guncang Aceh Jaya
Rezky P Hartiwi juga menjelaskan awan ini biasanya tumbuh di sekitar gunung atau bukit akibat hembusan angin di kawasan pegunungan.
“Awan Lenticularis ini dapat menyebabkan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang kuat, sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan dengan level rendah,” katanya.
Baca juga: Gempa di Sumba Tengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia
Fenomena awan topi atau tudung ini biasanya terjadi pada saat saat tertentu atau disebut bersifat momentum, awan ini terjadi akibat adanya massa udara yang basah melintasi daerah pegunungan.
Meskipun awan ini indah atau unik, tapi awan ini berbahaya bagi dunia penerbangan.
BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta bisa mendapatkan informasi yang akurat mengenai fenomena semacam ini.
Baca juga: Gempa magnitudo 5,2 guncang Sumba NTT
“Awan berbentuk UFO ini disebut wan Lenticularis atau biasa disebut awan topi atau awan tudung. Bagi penerbangan dampaknya sangat berbahaya,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya Rezky P Hartiwi di Meulaboh, Rabu.
Baca juga: Pekan ketiga Juni 2021 terjadi 26 gempa di Sumut-Aceh Sebelumnya, masyarakat di Kota Banda Aceh sepanjang Selasa sore hingga malam dihebohkan dengan fenomena alam awan berbentuk UFO.
Awan ini diabadikan warga menggunakan telepon selular dan menjadi perbincangan hangat di media sosial hingga Rabu siang.
Ia menjelaskan awan Lenticularis sangat berbahaya bagi pesawat terbang karena bisa menyebabkan turbulensi atau goncangan secara vertikal yang kuat, karena pesawat bisa mengalami penurunan tekanan udara secara drastis.
Baca juga: BMKG catat 48 gempa di Sumut-Aceh dalam sepekan
Khusus bagi pesawat yang terbang dengan level ketinggian yang rendah, biasanya pilot sangat menghindari awan Lenticularis ini, katanya.
Sedangkan dampak bagi masyarakat, kata dia, biasanya awan tersebut dapat menyebabkan terjadinya angin kencang, dan hujan. Namun seiring berjalannya waktu awan ini akan luruh.
“Kalau untuk masyarakat menghindari awan ini biasanya harus tetap di dalam rumah ya, kalaupun ada yang mengharuskan beraktivitas di luar, dimohon untuk tetap waspada dan hati-hati,” imbaunya.
Baca juga: Gempa bumi magnitudo 5,2 guncang Aceh Jaya
Rezky P Hartiwi juga menjelaskan awan ini biasanya tumbuh di sekitar gunung atau bukit akibat hembusan angin di kawasan pegunungan.
“Awan Lenticularis ini dapat menyebabkan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang kuat, sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan dengan level rendah,” katanya.
Baca juga: Gempa di Sumba Tengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia
Fenomena awan topi atau tudung ini biasanya terjadi pada saat saat tertentu atau disebut bersifat momentum, awan ini terjadi akibat adanya massa udara yang basah melintasi daerah pegunungan.
Meskipun awan ini indah atau unik, tapi awan ini berbahaya bagi dunia penerbangan.
BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta bisa mendapatkan informasi yang akurat mengenai fenomena semacam ini.
Baca juga: Gempa magnitudo 5,2 guncang Sumba NTT
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: