Mina (ANTARA News) - Hujan kembali mewarnai kawasan Mina dan Jamarat disertai petir mulai Kamis petang, bahkan di kawasan yang berdekatan Muaysim, hujan disertai butiran es berbentuk batu kerikil terjadi sekitar 5 hingga 10 menit.

Wartawan ANTARA melaporkan kendati hujan, pelaksanaan jumroh bagi jemaah Indonesia berlangsung lancar. Tatkala hujan turun, seperti juga di kawasan Mekkah lainnya, jemaah berhamburan mencari tempat perlindungan agar terhindar dari guyuran hujan.

Menteri Agama Suryadharma Ali, yang hendak menyelesaikan jumroh untuk pengambilan Nafar Awwal (batas minimal kebarangkatan jamaah haji meninggalkan Mina) tak langsung turun ke kawasan Jamarat. Menag menunggu hujan reda di Daker Mekkah. Setelah itu bertolak ke Jamarat untuk jumroh sebelum waktu magrib tiba.

Di seputar kawasan Daker Mekkah, terlihat para pedagang tergopoh-gopoh menutupi barang dagangannya dengan plastik. Ada pula yang menepikan ke teras bangunan. Sementara sebagian warga setempat lebih memilih menikmati hujan dengan cara berjalan di tepi jalan tanpa payung.

Peristiwa hujan yang langka di Arab Saudi ini merupakan kali ketiga selama musim haji.

Sampai berita ini diturunkan, hujan masih mengguyur kawasan Mina dengan disertai angin kencang. Sampah plastik bertebaran ke berbagai penjuru. Tak ada korban akibat peristiwa ini. Sementara genangan air mulai bermunculan di sekitar jalan di kawasan Mina Muasyim.

Sementara itu, sejak Kamis dini hari hingga petang gelombang jamaah terus mengalir memasuki jamarot dari berbagai Arah. Jamaah Indonesia rata-rata memasuki jamarot (tempat pelemparan jumroh) melalui terowongan al-Muaisim. Sebab, letak perkemahan yang berada di jalur Muzdalifah.

Menjelang adzan Dzuhur sebagai waktu yang disepakati oleh seluruh ulama untuk melempar jumroh pada hari tasyrik, jamaah pun memadati seluruh Area jamarot.

Jamaah Indonesia yang mendapat giliran waktu pelemparan Jumroh setelah Dzuhur pun bergegas ke Jamarot, sementara mereka yang belum tiba gilirannya pun sangat banyak yang membolos dan memaksa melempar jumroh pada siang hari.

Seusai lengsernya matahari ke arah barat (waktu Dzuhur), adalah waktu-waktu puncak pelemperan Jumroh. Terutama sekali karena pada hari ini para jamaah akan mengambil Nafar Awal. Kepadatan di Jamarat pun sempat terjadi. Tapi, ritual jumroh tak sampai menimbulkan korban. Semua berjalan lancar.

Prediksi Komandan Satuan Operasi Mina Subakin Abdul Muttholib bahwa jemaah sebanyak 70 persen mengambil Nafar Awwal.

"Saya perkirakan 70 persen jamaah haji Indonesia akan mengambil Nafar Awwal, Sehingga siang nanti akan terjadi kepadatan jamaah di arena pelemparan Jumroh. Sementara sisanya, sekitar 30 persennya akan mengambil Nafar Tsani (batas akhir jamaah haji meninggalkan Mina)," katanya.

Ia pun mina agar jemaah terus beraktifitas dalam rombongan dan tidak meninggalkan seorang jamaah pun tanpa pengawasan dari teman-temannya.

Di Jamarot, jemaah terus merangsek menuju tugu peringatan setan untuk menapaktilasi perjalanan ibadah nabiyullah Ibrahim.

Untuk bisa berharap mengenai sasarannya, atau sekurang-kurangnya dapat mencapai sasarannya, para jamaah mulai melempar sejak dari jarak yang cukup jauh. Konsekwensinya mereka harus melempar sekuat tenaga agar batu yang di lempar-lemparnya dapat mengenai sasarannya. Sehingga ucapan-ucapan penyemangat lemparan pun berdengung di seluruh lantai jamarot.

Para jamaah pun melempar diiringi suara takbir dan ditingkahi suara yang diucapkan dari berbaga penjuru yang membahana.

Sementara para askar berbaris mengatur sirkulasi jamaah. Mereka mencegat jamaah-jamaah yang ingin langsung balik badan untuk segera menuju Masjidil Haram melaksanakan thowaf ifadah atau thowaf wada`. Mereka bahkan juga memberlakukan sistem buka tutup seperti di Masjidil Haram, terutama untuk jamarot di lantai satu (lantai utama). (*)
(T.E001/Z003/R00)