Jakarta (ANTARA) - Badan Informasi Geospasial (BIG) mengatakan bagian utara Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan wilayah Kota Depok dan DKI Jakarta sebagai salah satu wilayah yang memiliki intensitas kasus tinggi secara nasional selama pandemi COVID-19 terjadi.

"Wilayah ini merupakan wilayah dengan tingkat aktivitas sosial dan ekonomi yang tinggi dengan beragam aksesibilitas transportasi," kata Koordinator Informasi Geospasial Tematik Bidang Kebencanaan BIG Ferrari Pinem dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Ferrari menuturkan dari sebaran COVID-19 yang ada di Kota Bogor, prioritas penanganan COVID-19 perlu diperkuat untuk daerah utara yang berbatasan dengan kota Depok dan Jakarta, serta wilayah Selatan yang berbatasan dengan Sukabumi.

Baca juga: Kasus COVID-19 anak tinggi, Dinkes DKI: Penanganan bukan berdasar usia

Prioritas penanganan tersebut mencakup penguatan sektor pelayanan kesehatan dan juga percepatan vaksinasi.

Analisis Heat Map yang dilakukan oleh tim pengumpulan data gugus tugas COVID-19 BIG menunjukkan nilai kepadatan atau konsentrasi kejadian di wilayah Kabupaten Bogor.

Analisis itu menggunakan data konfirmasi positif rentang waktu 64 hari selama 7 Maret 2020 sampai dengan 14 Mei 2020.

Baca juga: Pemkot Jaksel gaet perguruan tinggi siapkan vaksinator

Dari analisis itu, didapati pola distribusi wilayah yang cenderung terpusat di wilayah bagian utara Kabupaten Bogor.

Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan kecamatan yang menjadi konsentrasi kejadian positif adalah wilayah yang berasosiasi dengan akses transportasi utama wilayah Bogor-DKI Jakarta.

Melihat perkembangan penyebaran COVID-19 satu tahun setelahnya, didapatkan laju penyebaran COVID-19 memiliki pola yang hampir sama pada tahun sebelumnya di mana penyebaran terkonsentrasi tinggi berada pada wilayah utara Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan Kota Depok dan Jakarta.

Baca juga: COVID-19 tinggi, Kota Madiun perpanjang PPKM mikro hingga 28 Juni

Selain itu daerah yang dulunya masih sedikit konsentrasi sebaran COVID-19, seiring dengan berjalannya waktu sudah mulai terlihat penyebaran COVID-19 secara masif, bahkan untuk daerah yang belum ada kasus setahun lalu seiring berjalannya waktu mulai menunjukkan konsentrasi penyebaran yang tinggi, bahkan terlihat lebih besar lajunya.

"Hal ini dimungkinkan karena ruang interaksi sosial dan ekonomi serta dukungan aksesibilitas mengakibatkan mudahnya transmisi terjadi," ujar Ferrari.

Sementara wilayah yang memiliki aksesibilitas transportasi rendah dengan tingkat demografi yang rendah memiliki laju penyebaran COVID-19 yang sangat rendah. Tentunya wilayah itu harus terus dipertahankan agar tidak berada pada zona penyebaran COVID-19 menengah hingga tinggi.