Jakarta (ANTARA News) - Puncak ibadah haji jatuh pada 9 Dzulhijjah dan pada saat itu seluruh jemaah haji berkonsentrasi di satu titik, yaitu Padang Arafah.

Di Padang Arafah berlangsung pertemuan akbar. Di tempat itu berlangsung pertemuan jemaah dari seluruh dunia yang ingin mendapat ridho Allah dan ampunannya, dengan melaksanakan wukuf.

Calon haji berkumpul di bawah tenda-tenda yang juga berwarna putih. Mereka bersimpuh di hadapan Allah sambil berdoa dan pengharapan sama.

Walau kulit, ras, suku, bahasa dan adat istiadat mereka berbeda, namun di padang Arafah ini mereka semua menyatu dan hanyut dalam kebesaran Allah dengan sejenak melupakan kebanggaan-kebanggaan duniawi yang bersifat sementara dan semu.

Para ulama sepakat bahwa esensi dari ibadah haji adalah kesamaan derajat (egalitarian) yang ditampakkan dalam pakaian ihram yang tak terjahit, yang merupakan simbol persamaan derajat manusia. Sedangkan warna putih menggambarkan kesucian di hadapan Allah.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Wukuf di Arafah juga mengingatkan umat manusia akan sejarah awal kehadirannya di muka bumi. Termasuk proses turunnya Adam dan Hawa sebagai manusia pertama ke bumi dan bertemu di padang Arafah ini.

Ketika Allah berfirman kepada malaikat hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi, malaikat keberatan dengan satu alasan manusia akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah padanya.

Allah kemudian memberikan kelebihan pada Adam dengan mengajarkan tentang nama-nama. Adam ternyata mampu menyebutkan seluruh nama itu sehingga malaikat akhirnya menyerah akan kehendak Allah dan bersujud kepada Adam (QS,2:31-34).

Allah kemudian meminta Adam dan Hawa untuk untuk tetap tinggal di surga dan menikmatinya sepuasnya dengan satu catatan tidak boleh mendekati (memakan) buah larangan (QS,2:35).

Akan tetapi iblis memperdaya mereka sehingga memakan buah larangan itu. Dan atas pengingkaran larangan Allah itu, Adam dan Hawa kemudian diusir dari surga.

"Turunlah kamu, sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagimu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan!" (QS,2;3).

Adam dan Hawa segera menyadari akan kesalahannya. Dengan bekal kesadaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya itu, Adam dan Hawa segera bertaubat kepada Allah. Dan Allah menerima taubat mereka. (QS,2:37).

Dalam ritual wukuf di Arafah, proses penciptaan dan pertaubatan ini senantiasa mewarnai dalam hati sanubari setiap jamaah haji. Di padang Arafah ini pula mereka segera menyadari dosa-dosanya seraya memohon ampun kepada Allah.

Jika Allah menerima taubat mereka dalam perjalanan hidup berikutnya mereka tidak melakukan dosa lagi, maka bayang-bayang surga segera di depan mata.

Arafah

Haji adalah Arafah. Bahkan yang sakit juga harus ikut ke Arafah, sebab dalam menunaikan ibadah haji wajib hukumnya wukuf di Arafah, kata ulama kondang dari Pondok Pesantren Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi.

Mengapa wukuf? Ia mengingatkan bahwa taqwa ada di dalam hati. Sedangkan akal manusia sangat terbatas dan kadang menyesatkan manusia.

Wuquf di Arafah, menurut dia, sangat dahsyat. Jutaan manusia mau bersusah payah datang dari jauh, penuh dengan pengorbanan harta, tenaga, pikiran, dan perasaan.

Puncak wukuf di Arafah adalah khutbah wukuf. Dalam setiap khutbah selalu, diperdengarkan khutbah Rasulullah yang pernah beliau sampaikan pada saat mengerjakan haji terakhir (haji wada`) pada sekitar tahun 10 Hihriyah. Tidak kurang seratus ribu jamaah turut serta dalam rombongan Rasulullah tersebut.

Ibnu Qayyim Al-jauziyyah alam Zaadul Ma`ad, dalam sebuah laman, menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah yang di dalamnya beliau menyampaikan kaidah-kaidah Islam, menghancurkan sendi-sendi kemusyrikan dan jahiliyah.

Nabi menyampaikan hal-hal yang diharamkan, seperti yang juga diharamkan agama-agama samawi lainnya, membatalkan sesembahan jahiliyah, hingga mewasiatkan perlakuan yang baik terhadap wanita dengan menyebutkan hak-hak wanita yang harus dipenuhi dan kewajiban-kewajibannya.

"Wahai manusia, Tuhanmu hanyalah satu dan asalmu juga satu. Kamu semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Keturunan, warna kulit, bangsa tidak menyebabkan seseorang lebih baik dari yang lain. Orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling takwa. Orang Arab tidak lebih mulia dari yang bukan Arab, sebaliknya orang bukan Arab tidak lebih mulia dari orang Arab. Begitu pula orang kulit berwarna dengan orang kulit hitam dan sebaliknya orang kulit hitam dengan orang kulit berwarna, kecuali karena takwanya." pesan Nabi dalam khutbahnya.

Pesan dari khutbah ini adalah persaudaraan universal yang menafikan perbedaan di antara sesama manusia. Di mata Allah perbedaan ada karena takwanya.

Dalam konteks Indonesia yang akhir-akhir ini diwarnai dengan bentrok antar suku, seharusnya pesan ini dapat merasuk dalam kalbu setiap jamaah haji sekembalinya ke tanah air, ujar KH Syukri.

Suatu pesan yang artinya kira-kira sama dengan semboyan bangsa Indonesia, yakni "Bhineka Tunggal Ika". Tidak ada kelebihan antara suku Jawa dengan suku Sunda, suku Dayak dengan suku Madura, suku Melayu, Batak, Ambon, Bugis, Banjar dan sebaliknya.

Persaudaraan universal juga melampaui batas-batas agama. Artinya umat manusia tetap bersaudara meskipun mereka menganut agama yang berbeda-beda.

Hal ini tersirat dari khutbah Rasululllah, bahwa umat manusia adalah satu, yakni sama-sama keturunan Adam. Karena itu mereka adalah saudara. Dan persaudaraan hakiki adalah hilangnya rasa permusuhan dan dendam kesumat di antara sesama pemeluk agama.

Bangsa Indonesia, meskipun memeluk agama yang berbeda-beda namun mereka semua berasal dari satu keturunan. Ini yang tak bisa dipungkiri. Dan ini juga menjadi prinsip-prinsip dasar Islam sebagaimana yang disampaikan rasulullah, ujarnya.

Selain persaudaraan universal, ujarnya, khutbah Rasulullah juga mengandung pesan adanya penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.

"Wahai manusia! Sesungguhnya darah, harta kalian, kehormatan kalian sama sucinya seperti hari ini, pada bulan ini, di negeri ini. Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya, tidak boleh dirampas hartanya dan tidak boleh dicemarkan kehormatannya. Dengan demikian kamu tidak menganiaya dan tidak teraniaya."

Kemudian khusus kepada kaum wanita, Rasulullah juga berpesan, "Aku wasiatkan agar kalian mempertahankan kaum wanita dengan sebaik-baiknya."

Pesan ini mengandung arti bahwa kaum wanita harus diperlakukan sebagaimana manusia lainnya. Dalam masa jahiliyah (sebelum kedatangan Islam) wanita diperlakukan dengan sangat buruk oleh lingkungannya,di mana bayi-bayi perempuan dibunuh dengan kejam.

Di masa Yunani Kuno seorang wanita dipandang sebagai makhluk dibawah laki-laki dan tidak mendapatkan hak-hak sipil. Ia dijual dan dibeli.

Lalu di bawah hukum Romawi seorang wanita tidak mendapatkan hak-hak hukum. Wanita harus mendapatkan penjagaan terus-menerus dari ayahnya semasa kecilnya dan kemudian oleh suaminya untuk selama sisa hidupnya. Ia adalah obyek untuk dimiliki dan diwariskan kepada laki-laki.

Islam datang untuk meluruskan itu semua. Islam menghargai hak-hak wanita. Dalam masalah poligami, Islam membatasi jumlah istri hanya sampai empat orang.

Islam menggariskan bahwa pernikahan kedua, ketiga dan keempat tidak dapat berlangsung kecuali seorang suami dapat berlaku adil terhadap semuanya.

Padahal untuk memenuhi adil ini sangat sulit diwujudkan. Karena itu monogami adalah pilihan yang utama (QS,4:3).(*)