Jakarta (ANTARA) - Kantor Staf Presiden akan terus mengawal berbagai program dan pemberian stimulus bagi sektor pertanian, karena terbukti menjadi salah satu andalan perekonomian Indonesia di masa pandemi COVID-19.
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Ekonomi Panutan Sulendrakusuma mengatakan berdasarkan data yang ada, ekspor produk pertanian mengalami peningkatan sebesar 13,39 persen per Januari-Mei 2021 sebesar 1,62 miliar dolar AS, atau naik dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai 1,42 miliar dolar AS.
“Sektor pertanian masih tumbuh 2,95 persen secara tahunan dan berperan besar dalam menopang perekonomian Indonesia saat sektor lain mengalami penurunan,” ujar Panutan dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: FAO apresiasi sektor pertanian Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari-Mei 2021 ekspor nonmigas Indonesia dari sektor industri pengolahan meningkat 30,53 persen menjadi sebesar 66,7 miliar dolar AS, atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 51,09 miliar dolar AS. Besaran tersebut berkontribusi terhadap 79,42 persen terhadap total ekspor.
“Produk pertanian berkontribusi sebesar 1,93 persen terhadap total ekspor. Ini artinya kontribusi ekspor hasil pertanian masih harus terus ditingkatkan. Untuk memacu peningkatan kontribusi ekspor pertanian, KSP mendorong supaya kendala-kendala yang muncul di sektor pertanian bisa teratasi dengan baik,” jelas Panutan.
KSP, kata dia, akan terus mengawal program-program yang dapat meningkatkan kinerja petani baik dari segi produksi, distribusi, dan konsumsi melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SISMONEV 2.0) dan Database Isu Strategis (DISTRA).
Salah satu di antaranya adalah program Food Estate untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi ketahanan pangan nasional, sejalan dengan amanat Presiden RI untuk menjaga pangan di masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Dukung ketahanan pangan, YDBA ajak milenial masuk sektor pertanian
“KSP akan terus mengawal stimulus ekonomi untuk penguatan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani/nelayan melalui Program Padat Karya Pertanian, Program Padat Karya Perikanan, Banpres Produktif UMKM Sektor Pertanian, Subsidi Bunga Mikro/Kredit Usaha Rakyat, dan Dukungan Pembiayaan Koperasi dengan Skema Dana Bergulir,” tegas Panutan.
Ia menambahkan, mengingat sektor ekspor-impor memegang peran penting terhadap pendapatan negara, maka diharapkan sektor pertanian bisa memberikan kontribusi besar ke depannya.
Pandemi COVID-19, lanjutnya, turut memicu perpindahan penduduk dari kota menuju desa yang biasa juga dikenal dengan ruralisasi. Ini turut berpengaruh terhadap peningkatan tenaga kerja pertanian dan sektor lain di pedesaan.
:Sektor pertanian mulai dilirik oleh masyarakat dan menjadi salah satu peluang usaha yang mulai diminati,” jelas Panutan.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2021, tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran menyerap tenaga kerja sebesar 19,20 persen dan industri pengolahan sebesar 13,60 persen.
Baca juga: Anggota DPR ingatkan jangan lagi kurangi anggaran sektor pertanian
“Petani yang dapat memanfaatkan sarana informasi dan jejaring komunikasi yang baik bisa menaikkan pendapatan mereka dengan cara berjualan daring. Hal Ini berpotensi untuk meningkatkan animo masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian,” katanya.
Sektor pertanian kini juga diminati oleh generasi milenial dan berkontribusi pada regenerasi petani. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah menetapkan Duta Petani Milenial (DPM)/Duta Petani Andalan (DPA) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Duta petani tersebut menekuni beberapa komoditas seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, hingga hortikultura.
Tahun 2021, Kementan kembali mencari DPM/DPA sebanyak 1.000 calon untuk dikukuhkan seperti Petani Milenial di Magelang yang menjual cabai menggunakan gadget, serta Petani Muda di Salatiga yang menjual tanaman organik melalui media sosial.
Kemudian beberapa aplikasi jual beli online juga lebih intensif dalam menghubungkan petani dan konsumen secara langsung seperti: Toko Tani Indonesia (TTI-Kementan) yang merupakan salah satu program Kementerian Pertanian dan Rumah Pangan Kita oleh Bulog serta program lainnya yang menjadi sarana penghubung penting dalam rantai pangan Indonesia.
“Tentu manfaatnya akan lebih besar terasa oleh masyarakat bila akses internet dan teknologi data dipergunakan untuk mendukung bisnis alternatif pemasaran produk pertanian,” tutup Panutan.
Baca juga: Pakar UB : Sektor pertanian ibarat berlian
Baca juga: Investasi sektor pertanian dinilai bisa dorong ketahanan pangan
KSP kawal stimulus untuk petani di masa pandemi
1 Juli 2021 16:50 WIB
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Ekonomi Panutan Sulendrakusuma. ANTARA/HO-KSP/am.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: